TRIBUNNEWS.COM, GORONTALO - Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim membantah ada 64 warga setempat menjadi Pekerja Seks Komersil (PSK) di lokalisasi Dolly, Surabaya.
Kepastian itu didapatkan setelah ia bertemu dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Senin (16/6/2014).
"Hasilnya, dari 1.300 lebih PSK yang telah didata oleh Dinas Sosial setempat, tak satu pun di antara mereka yang mengantongi KTP Gorontalo atau berkeinginan pulang ke Gorontalo," kata Wagub Idris, Selasa (17/6/2014).
Verifikasi tersebut ditempuh Pemprov Gorontalo, karena Pemkot Surabaya berencana memulangkan PSK tersebut pasca penutupan Dolly, Rabu (18/6/2014).
Sebelumnya, data di Dolly mencatat 60 persen PSK berasal dari luar Jatim, sedangkan 40 persen PSK berasal dari beberapa daerah di Jatim, bukan hanya Surabaya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan tekadnya untuk menutup lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu.
Menurut Risma, rencana penutupan tersebut sudah lama disosialisasikan namun belum juga terealisasi.
"Penutupan ini tidak mendadak. Saya sebelum ini sudah meneliti sekian tahun, saya nggak gegabah menutup Dolly," jelas Risma.
Risma menjamin para PSK yang terdata mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin, bahkan pihaknya sudah mendapatkan data terkait latar belakang tiap orang lengkap dengan fotonya.
"Proses pemulangan PSK akan dilakukan secara terkoordinasi. Dari 1300-an PSK, ada 250 yang positif HIV/Aids. Proses pemulangannya kami koordinasikan dengan pemerintah setempat lengkap dengan hasil kesehatannya," tambahnya.
Tak Ada Warga Gorontalo Yang Jadi PSK di Dolly
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger