TRIBUNNEWS.COM.MANADO, - Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa warga Kota Manado mengaku takut keluar malam. Ketakutan itu terkait dengan maraknya aksi kriminalitas yang menggunakan panah wayer.
"Kalau pun keluar, sebisanya harus pulang sebelum larut. Dulunya kami merasa aman-aman saja jika keluar saat malam hari," ujar Larasasti, warga Tuminting, Sabtu (2/8/2014).
Panah wayer merupakan salah satu jenis senjata tajam yang dilesatkan dengan sebuah pelontar berbentuk katapel. Ujung anak panah dari besi tersebut runcing serta berpengait. Sementara ujung lainnya disematkan tali plastik yang diurai sebagai pengendali.
Senjata tajam ini susah dihindari ketika dilesatkan oleh pelaku. Bentuk yang kecil mempermudah pelaku menyelipkan panah wayer.
Dalam berbagai aksi tawuran antar kampung (tarkam) yang sangat tinggi intensitasnya di Manado akhir-akhir ini, panah wayer menjadi senjata utama mereka. Kemudahan pembuatannya menjadi salah satu senjata tajam ini gampang diperoleh.
Kapolda Sulut, Brigjen Pol Jimmy Palmer Sinaga, ketika menghadiri Silahturami Perdamaian di Kecamatan Singkil, Jumat (1/8/2014), menegaskan akan mengambil tindakan tegas bagi warga yang masih tetap nekat menggunakan panah wayer.
"Polisi punya Perkap Nomor 1, jika ada yang membahayakan warga, bisa ditembak, apalagi melakukan perlawanan," tegas Jimmy.
Sementara itu, Sosiolog Dirno Kaghoo, yang tinggal di Manado mengatakan bahwa perintah tembak di tempat tersebut merupakan kebijakan yang panik. Menurut dia, seharusnya langkah yang diambil kepolisian adalah memetakan daerah karakteristik konflik.
"Setelah itu lakukan pendekatan persuasif melalui sekolah, diskusi informal sambil menyusupkan intelijen untuk membongkar penyebab utama konflik di tingkat indvidu yang menjadi penggerak tawuran kelompok itu," kata Dirno.
Menurut Dirno, fenomena panah wayer sebanarnya sudah merupakan bentuk baru dari konflik laten yang selama ini tersembunyi dalam bentuk kelompok massa pemuda yang sedang mengidentifikasi diri mereka.
"Varian baru adalah konflik kepentingan dari kelompok-kelompok preman di pusat kota yang memperebutkan teritori tertentu. Ini merupakan konsekuensi logis dari perkembangan kota," ujar Dirno.
Dalam beberapa waktu terakhir ini, beberapa kelurahan di Kota Manado menjadi rawan karena aksi tarkam menggunakan panah wayer. Pada Senin (28/7/2014) lalu ketika sebagian warga merayakan Lebaran, tiga kelurahan terlibat perang batu dan panah wayer.
Dalam aksi tarkam sepekan ini, dua anggota polisi yang mengamankan situasi bahkan ikut pula menjadi korban.
"Kami berharap situasi ini segera bisa diatasi oleh pemerintah dan aparat keamanan. Kasihan kota kami, jadi apa nanti kalau warganya sendiri saja sudah takut untuk beraktivitas," ujar Sammy, warga lainnya.