TRIBUNNEWS.COM. MANADO - Petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara mengakui terbantu dengan kenaikan harga kopra yang terjadi menyusul pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 berlangsung aman.
"Jelang pilpres harga kopra di tingkat pedagang pengumpul sempat merosot hingga Rp580 ribu hingga Rp590 ribu, per kuintal (100 kg) tetapi kemudian setelah selesai pilpres aman, secara perlahan kembali menguat hingga awal Agustus 2014 di kisaran Rp660.000- Rp670.000 per kuintal," kata Joudy Paat, Minggu (3/8/2014).
Joudy mengatakan, kenaikan harga kopra tersebut sangat membantu petani guna membiayai hidup keluarga serta membantu dalam pembiayaan usaha pertanian yang relatif mahal saat ini.
"Kebutuhan hidup petani saat ini semakin terjepit, karena komponen biaya termasuk ongkos tenaga kerja pertanian semakin mahal, sementara harga produk pertanian dan perkebunan sangat fluktuatif.
Hukum Tua Desa Rumengkor II Kabupaten Minahasa Johny Lengkong mengatakan dengan kenaikan harga kopra beberapa pekan terakhir ini, petani kelapa di desanya mulai bergairah memanen pohon kelapa. "Di saat harga kopra turun, banyak petani membiarkan pohon kelapa tidak dipanen, tetapi disaat harga naik, mereka kembali mulai berlomba memanennya," kata Johny.
Pedagang pengumpul kopra di Minahasa, Letri Pangao mengatakan harga beli kepada petani naik, karena harga kontrak dengan pabrik minyak goreng bergerak positif hampir tiap hari. "Menjelang pilpres sempat melorot tajam, tapi kemudian setelah pesta demokrasi tidak ada gejolak berarti, maka kopra kembali mulai ke jalur sebagaimana diinginkan petani," kata Letri.
Kenaikan harga ini berdampak positif pada volume pembelian dari petani terus bertambah dari hari ke hari, disebabkan banyak petani termotivasi memanen kelapa.
Sesuai data Asosiasi Petani Kelapa Sulut, lebih 100 ribu kepala keluarga di Provinsi Sulut menyandarkan hidupnya dari perkebunan kelapa dengan mengolah menjadi kopra.