TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tiga pria berkemeja putih duduk santai di ujung barat peron Stasiun Tugu Yogyakarta. Pakaian mereka cukup formal, celana panjang hitam lengkap dengan sepasang sepatu berwarna senada. Selempang biru bertuliskan "Pelayanan Informasi" tergeletak di samping, setelah beberapa jam setia bertengger di bahu kiri mereka.
Ketiganya merupakan relawan yang diterjunkan sebagai customer service mobile (CSM) di stasiun Tugu Yogyakarta selama masa libur Lebaran. Tugasnya, berkeliling di dalam area peron stasiun bersejarah bagi Republik Indonesia itu, menjawab pertanyaan para penumpang.
"Penumpang biasa bertanya mengenai jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api, serta pada jalur mana kereta itu akan datang," kata Dhani Setiawan, anggota CSM, saat ditemui Tribun Jogja, Selasa (5/8).
Delapan anggota Railfans Ngayogyokarto, wadah anggota berbagai komunitas pecinta kereta api di Yogyakarta, menjadi relawan pada dua stasiun di Yogyakarta, yaitu Tugu dan Lempuyangan. Orang-orang tersebut rela mengorbankan waktu mereka sejak 14 Juli hingga 12 Agustus, setiap hari berdesakan dengan penumpang yang silih berganti memenuhi kedua stasiun itu.
Bowo menceritakan, selain siap menjawab pertanyaan, petugas CSM juga selalu mengulang pengumuman yang telah disampaikan lewat pengeras suara stasiun. Jika kondisi ramai, para petugas dipersenjatai pengeras suara.
"Sudah pakai pengeras suara pun, ada saja penumpang yang tidak menyimak sehingga tertinggal kereta," kata Dhani sembari menggelengkan kepala.
Tentu perlu motivasi kuat untuk bisa bertahan menjalankan tugas yang bukan merupakan profesi pokok itu. Namun kenyataannya, Dhani dan kawan-kawan justru merasa sangat menikmati masa-masa pengabdian tersebut. "Pada dasarnya kami senang nyawang sepur (melihat kereta, Red), bisa menghilangkan stres," ungkap Sapto Prabowo, kolega Dhani.
Menurut Bowo, ia kerap mendapat pertanyaan yang sebenarnya di luar cakupan tugasnya. Misalnya, banyak penumpang yang menanyakan ongkos taxi dan rekomendasi penginapan. Kalau sudah demikian, Bowo akan menjawab sebisanya.
Saat itu, Bowo sudah bertugas sejak pagi. Kebetulan, matahari di langit Kota Gudeg sedang tidak sangat terik. Namun kondisi tersebut tidak mampu mengusir senyum dari wajah Bowo selama bertugas. Badannya tetap tegap. Ia mengaku sanggup bertugas hingga gelap tiba.
Warga Kecamatan Pakualaman itu mengatakan, sebagai barisan pelayanan terdepan, dia siap menghadapi reaksi emosional penumpang yang merasa tidak puas atau dirugikan. Dalam kondisi tersebut, jika memang petugas CSM tidak bisa memberi jawaban secara memuaskan, mereka bisa mengalihkan keluhan ke petugas customer service stasiun.
"Selama saya berikan jawaban yang sudah sesuai adanya, saya rasa cukup. Wajar jika ada orang yang merasa tidak puas," kata dia.
Bowo sendiri mengaku telah menyukai kereta api saat dirinya masih kecil. Stasiun Tugu sama sekali bukan tempat baru baginya. Lokasi tempat perbincangan dengan Tribun Jogja dilakukan, menurut Bowo merupakan tempat di mana dulu dirinya kerap datang untuk bermain pada masa kanak-kanak.
Terpisah, Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 6 Yogyakarta, Bambang Setio Prayitno mengatakan sudah bekerja sama dengan kelompok tersebut sejak tiga tahun belakangan. Pola serupa juga berjalan di sejumlah kota lain, di mana kelompok pecinta kereta api bersedia memberikan bantuan pada masa puncak keramaian perjalanan.
Menurut dia, karena latar belakangnya sebagai pecinta kereta api, maka para anggota kelompok itu cenderung memiliki pengetahuan yang memadai mengenai moda moda transportasi tersebut. "Kami sangat terbantu. Mereka adalah orang-orang yang antusias dan tahu benar seluk beluk kereta api," kata Bambang.