TRIBUNNEWS.COM, BANGKALAN -Kebijakan pemerintah mengurangi jatah premium memaksa pengecer di sejumlah wilayah di Kota Bangkalan menaikkan harga eceran dari Rp 7000 menjadi Rp 8000 dalam setiap liternya.
Kendati belum ada keputusan kenaikan harga BBM dari pemerintah, pengecer beralasan menaikkan harga karena sulit untuk mendapatkan bensin. Mereka harus antre berjam-jam sambil membawa jiriken di SPBU.
"Mau gimana lagi, lha wong dapatnya susah. Saya harus antre lama. Kadang tidak kebagian bensin. Hampir rata, pengecer menaikkan bensin eceran," jelas Jumainah (50), pengecer di Jalan Raya Junok, Selasa (26/8/2014).
Pengendara motor, Husain Al Kabari (25), warga Kecamatan Kota, mengaku kaget tatkala mengetahui harus membayar Rp 24 ribu untuk tiga liter bensin. "Coba saya tahu sebelumnya, pasti saya beli di SPBU. Karena di SPBU antre, terpaksa beli ke pengecer," singkatnya.
Pantauan SURYA Online di SPBU Keleyan dan Junok, terdapat antrean kendaraan roda namun tidak sampai meluber ke jalan raya. Begitu dengan kendaraan roda empat.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono saat berada di Mapolres Bangkalan mengatakan, telah melakukan pengamanan untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan BBM. Seperti yang terungkap di Trenggalek dengan penimbunan 24 ton BBM.
"Masing-masing SPBU dijaga empat anggota yang berjaga dengan sistem terbuka. Sementara dua anggota mengamankan dengan sistem tertutup, termasuk menjaga ketertiban antrean," ujar Unggung.
Pengamanan tersebut, dijelaskan Unggung hanya diprioritaskan di 42 SPBU dari 835 SPBU di Jawa Timur yang dibatasi kuota BBM nya. "Pastisipasi masyarakat kami harapkan apabila ada tindakan penimbunan BBM di wilayahnya," pungkasnya.