Seorang di antaranya adalah Jufrijal, teman dekat Sutriadi sedangkan seorang lagi bernama Aulia, pacar Ir yang sekarang. Ayah dari Aulia bekerja di Disperindagkop Pijay.
Pada Kamis sore itu, sekitar pukul 17.00 WIB, Sutriadi yang semakin lemas dinaikkan ke mobil dan didudukkan di jok belakang diapit oleh Jufrizal dan Ir. Sedangkan Aulia berperan sebagai sopir. Mobil terus melaju dengan suara musik yang cukup keras. Sementara Sutriadi mulutnya sudah mulai berbusa, muntah, dan mencret.
"Menurut pengakuan adik saya, meski dalam keadaan diambang sadar, dia tahu kalau perjalanan bukan ke rumah sakit tetapi ke arah Banda Aceh karena sempat isi BBM di SPBU Grong-grong," ujar Ariani mengutip pengakuan Sutriadi di sela penanganan tim medis.
Sutriadi mengaku lebih banyak tak sadarkan diri. Dia sempat siuman ketika suasana sudah gelap dan berada di kawasan pegunungan. Dia merasakan tubuhnya diseret ke luar dari mobil di bibir jurang yang masih sempat dia ingat adalah jalan di Gunung Paro.
"Adik saya yang sedang kritis akibat pengaruh racun dilempar ke jurang. Seorang warga yang melintas sempat melihat aksi itu namun tak berani membantu. Warga tersebut melapor ke Polsek Leupung," kata Ariani sambil menahan sedih.
Mendapat laporan, polisi langsung bergerak ke lokasi dan menemukan korban dalam kondisi kritis. Korban secepatnya dievakuasi ke puskesmas terdekat namun akhirnya dirujuk ke RS Fakinah Banda Aceh. Sejak Kamis malam itu korban menjalani perawatan intensif dengan pengawalan ketat aparat kepolisian.
"Malam itu juga kami mendapat laporan kejadian. Selanjutnya, Jumat 22 Agustus 2014, kami melaporkan kasus itu ke Polda Aceh," kata Ariani didampingi kakak dan ayahnya.
Menurut Ariani, setelah empat hari dirawat, adiknya diizinkan pulang dan kini sedang proses pemulihan sambil beristirahat di rumah sewa yang mereka tempati selama ini, kawasan Lampineung, Banda Aceh.
"Sekali lagi kami berharap polisi mengusut tuntas kasus ini meski tersangkanya anak pejabat," tandas Ariani.(ag/avi/nas)