TRIBUNNEWS.COM, CIMAHI - Sejumlah sopir angkutan kota di Kota Cimahi mulai merasakan dampak dari sulitnya mendapatkan premium. Mereka mengaku jam operasionalnya mencari penumpang kerap habis karena harus mengantre premium di SPBU. Akibatnya, uang setoran pun jarang dapat terpenuhi. Akhirnya, tak sedikit sopir yang memilih tidak beroperasi dan memarkirkan kendaraannya.
Di terminal Pasar Atas, puluhan angkutan kota diparkir sejak pagi hingga sore hari. Para sopir mengaku kebingungan karena tak tahu bagaimana cara mengatasi hal ini. Seperti dikatakan Amin Sunjaya (64), sopir angkot Jurusan Cilame-Pasar Atas Kota Cimahi.
"Terasa berat sekarang mah, karena susah mencari premium. Tiga hari saya bolak-balik SPBU tapi baru dapat pagi harinya. Sekarang ini waktunya habis sama ngantre isi bensin," kata Amin saat ditemui di Terminal Pasar Atas Kota Cimahi, Rabu (27/8/2014).
Hingga kemarin siang, kata Amin, baru beberapa saja yang menjadi penumpang angkutan kotanya. Padahal, dalam sehari, ia harus memenuhi uang setoran Rp 100 ribu. Kondisi tersebut, ujarnya, sudah berlangsung selama empat hari, sejak pemerintah membatasi penjualan BBM.
Sebelum pemerintah membatasi penjualan BBM, kata Amin, dia biasa mengisi bahan bakar angkotnya sampai 12 liter per hari. Namun, sejak pembatasan BBM, hanya sampai 7 atau 10 liter per hari.
"Malah di hari pertama pembatasan premium, saya bersama sopir yang lain sempat berhenti narik (operasional, Red) sambil menunggu perkembangan sampai pasokannya kembali normal, tapi belum juga normal sampai sekarang," ungkapnya.
Hal senada juga dikatakan sopir lainnya yang ditemui di tempat sama, Haryono (35). Menurutnya lebih baik diam dulu di terminal menunggu antrean di SPBU tidak panjang.
"Itu juga kalau tidak langsung habis premiumnya di SPBU. Kalau habis, ya diam saja," katanya.
Baik Amin maupun Haryono mengaku sangat terganggu dengan dengan adanya pembatasan premium tersebut. Bahkan dikatakan Amin, masalah sulitnya premium itu pastinya akan berdampak pada semuanya, tidak hanya sopir angkot.(ddh)