News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Shamsi Ali Imam Besar New York Asal Kajang Bulukumba

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Imam besar Masjid Raya Al Hikmah New York United State of Amerika (USA), Shamsi Ali (64) di Redaksi Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Jumat (29/8/2014) sore.

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ilham

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Islam agama yang cinta damai dibahas Imam besar Masjid Raya Al Hikmah New York United State of Amerika (USA), Shamsi Ali (64) saat berkunjung di Redaksi Tribun Timur (Tribunnews.com Network), Jl Cendrawasih, Makassar, Jumat (29/8/2014) sore.

Shamsi Ali didampingi anggota DPRD Sulsel terpilih Arum Spink, dan Direktur Daya Dinamika Corpora Yuli Pujihardi. Mereka diterima Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Timur Nur Thamzil Thahir dan Korlip Tribun Timur Jumadi Mappanganro.

Shamsi Ali yang juga pria puluhan tahun malang melintang di Amerika Serikat ini berkunjung di redaksi Tribun Timur setibanya dari kampung halamannya, Kajang Kecamatan Kajang, Bulukumba.

Sesaat setelah menyampaikan kesan menyenangkan kala bertandang di Tribun Timur beberapa waktu lalu, pria supel ini lalu mengungkapkan rasa senangnya difasilitasi pendiri Bosowa Corporation HM Aksa Mahmud selama pulang kampung.

"Alhamdulillah, tadi kami dalam perjalanan ke Bulukumba difasilitasi Pak Aksa, kami naik helikopternya Pak Aksa, ini pengalaman yang luar biasa bagi saya. Tiba di sana, disambut bupati di Masjid Datuk Ri Tiro. Kalau ke Amerika kan kita biasanya naik pesawat 20 jam, pulang kampung naik helikopter lagi. Ini luar biasa bagi saya. Saya orang Kajang," tutur Shamsi Ali.

Sebelum bicara panjang lebar, putra daerah Kajang Kecamatan Kajang Bulukumba ini memberikan dua buku karyanya kepada Thamzil Thahir, yakni, buku berjudul Anak-Anak Ibrahim, dan buku berjudul Imam Shamsi Ali Menebar Damai di Bumi Barat.

"Ini buku, Anak-anak Ibrahim bahwa agama itu harus menjadi sumber perdamaian, bukan sumber konflik. Islam jangan jadi sumber konflik, di mana Islam seolah-olah sumber konflik, ada Moro, ada ISIS, dan sebagainya," ungkapnya.

Imam Shamsi adalah termasuk dalam tujuh pemimpin agama yang paling berpengaruh di New York. Utteng panggilan akrab Imam Shamsi semasa kecil di Kajang punya rutinitas di New York.

Di negeri adidaya itu, Utteng ternyata bukan warga kebanyakan melainkan sosok tokoh penggagas dialog antaragama, membantu warga mempelajari Islam, mengubah bahasa khutbah dari Arab ke bahasa Inggris, keliling ceramah perdamaian dan sebagainya.

Bahkan, Imam Shamsi bersama para imam serta pemuka Yahudi, Rabi, di New York aktif menggelar dialog terbuka mengenai isu-isu yang memisahkan dan menyatukan Muslim-Yahudi.

Imam Shamsi pun bercerita, menebar kedamaian di negeri Paman Sam bukan hal mudah, butuh proses adu argumentasi yang apik, teologis, hakiki, dan politis. Tentunya, kata Shamsi, didukung tingkah tauladan sebagai sosok muslim.

"Kita kan punya konsep, bahwa segala kekacauan itu kan Yahudi yang rancang. Setelah kita ketemu rabi Yahudi (di New York), ternyata tidak mudah. Kalau saya Islam sendiri, eh Rabi mengatakan Yahudi sendiri. Akhirnya sepakat lah kita menulis buku soal kesalahpahaman itu (Anak Anak Ibrahim) bahwa ketika Yahudi mengaku umat terpilih dan kita (Islam) mengaku umat terbaik, yang lain budak? Kami terus terang, bertanya ke mereka (Rabi Yahudi)," ungkap Imam Shamsi.

Shamsi Ali kemudian agak telisik berkisah, pada pertemuan kali pertama antara imam muslim dan Rabi Yahudi (2005) di New York, atau pada saat Paus Yohannes meninggal. "Siang sampai sore kita hanya bahas Palestina," tegasnya.

"Waktu itu kita ketemu di New York, saya jabat tangan para Rabi, tidak saling melihat karena menaruh kecurigaan (islamofobie). Tapi setelah kenalan, ternyata Rabi bersimpati kepada Islam, katanya kok Islam itu setelah ditekan semakin berkembang, akhirnya kami berdialog. Kita mempertemukan 25 imam Muslim dan 25 Rabi Yahudi se-Amerika Serikat, kita ketemu di masjid di Sinago, kami salat zuhur dulu. Kemudian mereka masuk kita bertemu di masjid sampai sore, duduk pakai meja, masuk mereka di masjid," tutur Shamsi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini