TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Terik matahari kemarin siang tak membuat I Nyoman Subur (38) menyerah.
Tangannya tampak ganas mencabik-cabik lidi pada gumpalan ijuk yang tertumpuk di tepi jalan by pass Ida Bagus Mantra, Jumat (26/9).
Awalnya ia hanya menutupi kepalanya dengan capil klangsah (topi dari daun kelapa), setelahnya matahari kian meninggi.
Tepat berada di atas kepala pria kurus itu. Debu yang melekat pada ijuk tampak jelas diterbangkan oleh angin.
Saat itu pula ia mengambil sehelai selendang untuk menutupi mulut dan hidungnya.
"Debunya suka bikin nafas terganggu. Makanya saya tutup hidung dan mulut pakai selendang," ujarnya pada Tribun Bali(Tribunnews.com Network) sembari mengikat ijuk yang sudah bersih dari lidi-lidinya.
Begitulah kegiatannya Subur sehari-hari, menjadi buruh pembersih ijuk.
Menjelang Galungan, pria asal Banjar Getas Kangin Desa Buruan Gianyar ini rupanya kecipratan rejeki.
Pasalnya cukup banyak orang yang memesan ijuk ditempatnya bekerja.
Walhasil, penghasilannya juga meningkat. Rp 80 ribu bagi pemborong ini tampaknya cukup fair.
Uang sedemikian diakuinya sudah mampu membuat dapurnya mengepul.
Selain itu jika ia bekerja secara konsisten, maka Subur tidak perlu lagi bingung kemana esok harinya ia akan mencari pekerjaan.
"Ini rejeki bagi saya menjelang Galungan beberap bulan lagi. Setidaknya untuk penghasilan setiap hari ada. Jadi tidak usah bingung-bingung lagi nyari serabutan," tuturnya.
Juragan ijuk, I Komang Artawa (55) mengatakan dua bulan ke depan sebelum Galungan, memang ijuk dicari untuk merenovasi ataupun membuat Pelinggih baru.
Ihwal ini tentu menjadi angin segar baginya terlebih bagi buruh yang ia pekerjaan. Artawa mengaku bahagia bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada warga.
"Mereka bisa dapat Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu. Setidaknya cukup membantu warga yang kerja serabutan," tuturnya.