TRIBUNNEWS.COM, DENAPASAR - Di tengah upaya keras untuk penanggulangan HIV/AIDS di Bali yang jumlah penderitanya kian mencemaskan itu, anggaran kini menjadi salah-satu tantangan besar.
Kabar terakhir, dua lembaga donor internasional yakni AusAid (Australia) dan Global Fund (Belanda) yang selama ini men-support, mulai menarik diri dan paling lambat tahun 2015 sudah berhenti total untuk memberikan bantuan dana.
Bantuan dari AusAid sudah berhenti terhitung sejak April 2014, dan Global Fund akan menghentikan bantuannya pada 2015.
Sebelumnya AusAid membantu sekitar Rp 1,4 miliar per tahun. Global Fund mengucurkan rata-rata Rp 1 miliar setiap tahun.
Berkurangnya pendanaan dari lembaga-lembaga donor itu tentu membuat APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) harus menutupnya agar upaya penanggulangan HIV/AIDS tidak menyurut.
Menurut Suarjaya, untuk tahun 2015 akan dialokasikan dana lebih besar yang berasal dari APBD. Saat ini anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 6 miliar.
Rinciannya Dinas Kesehatan mendapat Rp 3 miliar untuk pengobatan, kemudian Biro Kesra Pemprov Bali Rp 2 miliar dan Rp 1 miliar untuk KPA Bali.
“Untuk mencegah harus ada gerakan bersama, tidak bisa dari dinas kesehatan saja karena ini menyangkut perilaku dan juga moral,” jelas Suarjjaya.
Salah-satu kampanye yang digalakkan oleh Dinkes adalah menyarankan kalangan yang tergolong risiko tinggi tertular dan menularkan HIV/AIDS untuk memakai kondom dalam melakukan hubungan seksual.
Koordinator Pokja Informasi dan Pencegahan KPA Bali, Prof Dr Mangku Karmaya, mengatakan secara kumulatif jumlah penderita HIV/AIDS di Bali meningkat.
Kelompok tertentu seperti pekerja seks dan pemakai jarum suntik bersama untuk narkoba sudah berada di zona merah.
Artinya, mereka sudah berada di tingkat penyebaran yang berbahaya, Untuk masyarakat umum masih zona kuning, yang berarti waspada.
Suarjaya mengimbau, mereka yang pernah melakukan hubungan seks bebas tanpa memakai kondom untuk segera periksakan diri guna melihat apakah terinfeksi HIV atau tidak. Semakin cepat terdeteksi akan semakin membantu upaya penanggulangan.
“Banyak penderita HIV/AIDS yang masih bertahan hidup secara normal karena disiplin minum ARV, kendati penyakit itu tidak bisa disembuhkan,” jelas Suarjjaya.