Melihat banyak penumpang PLM Jabar Nur yang panik dan membuang barang ke laut. Dirinya bersama empat orang lainnya dan satu orang anak berangkulan sebelum terjebur ke laut.
Wanita yang hampir paruh baya ini, tangannya tanpa sengaja memegang kayu kapal yang bertebaran di laut.
Dalam kepanikan, dirinya sempat meminta empat orang saudaranya untuk berenang mengambil benda benda yang bisa menolongnya mengapung.
Setelah seluruhnya berhasil menemukan kayu, meminta untuk berkumpul kembali dan tidak berjahuan.
"Saya sempat berpegangan tangan, tapi kami beberapa terpencar diterjang gelombang," kata Puhawe dengan suara yang berat akibat terlalu banyak meminum air laut.
Selama dua malam mengapung di laut, satu persatu saudaranya terpental dan hilang ditelan gelombang.
"Saya baru sadar, ketika sudah dirawat di Puskesmas,"ujar Puhawe.
Sementara itu, pemilik PLM Jabar Nur, H Munip mengatakan, dirinya tidak sempat menghidupkan mesin penyedot air, karena seluruh penumpang dalam kondisi panik dan ketakutan.
"Air semakin banyak, mesin penyedot air tidak hidup hidup dan perahu karam," jelas H Munip saat ditemui Surya di ruang perawatan Puskesmas Raas.
Ia mengaku sempat melihat helikopter yang berputar putar diatasnya. Akan tetapi dirinya tidak curiga kalau helikopter itu mencari keberadaan para penumpang perahunya. Bahkan, pesawat helikopter itu dua kali berputar putar di atas kepalanya.
"Saya kira pesawat latihan dan saya hanya diam tidak melakukan gerakan apa apa," katanya sembari merintih kesakitan.