TRIBUNNEWS.COM,MAGELANG - Minuman keras (miras) oplosan yang menewaskan 12 orang tak hanya membuat sejumlah orang dirawat di Puskesmas.
Namun, satu dari korban selamat mengalami kebutaan usai menenggak minuman tanpa label kesehatan itu.
Akhmad Solikhin (20), duduk santai di ruang tamu bersama beberapa anggota keluarganya. Tatapan mata warga Dusun Kebonagung, Desa Jogomulyo, Kecamatan Tempuran ini terlihat kosong dan berkaca-kaca.
Sambil memegangi sebuah tongkat berukuran sekira 1 meter yang terbuat dari bambu, dia menceritakan pengalaman pahitnya menenggak miras oplosan itu.
"Setelah minum (miras oplosan) itu, mata saya tidak bisa lagi melihat," katanya, kemarin.
Dia menceritakan awalnya minum miras oplosan itu bersama tetangganya, Akhmad Fauzan di perkebunan pepaya tidak jauh dari rumah, Senin (6/10/2014). Mereka berdua menikmati malam sambil menenggak minuman yang menurut Akhmad adalah "jamu".
Minuman itu sudah dikemas dalam plastik yang bercampur dengan minuman segar bersoda.
Tidak ada yang aneh dengan minuman tersebut. Keduanya minum tanpa curiga ataupun rasa yang mencurigakan dari miras oplosan itu.
"Saya sendiri menyebut jamu karena tidak tahu minumanya apa, waktu dikasih Fauzan," katanya.
Namun, ujarnya, usai meminum miras tersebut, kedua matanya terasa sakit. Pandangannya kabur dan hingga sekarang dia mengalami kebutaan.
Sementara, temannya Fauzan meninggal dunia pada Selasa sore.
"Saya menyesal," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Ibunda Akhmad, Noimah (38), menjelaskan anak sulungnya itu hanya tiduran di rumah usai pesta miras oplosan itu. Waktu itu, penglihatanya masih seperti biasa. Namun setelah dibawa ke Rumah Sakit di Magelang, anaknya mengalami kebutaan hingga sekarang.
Noimah mengaku sedih dan prihatin karena kemampuan ekonominya terbatas. Untuk mendapatkan penghasilan, dia sehari-hari sebagai tukang pijat bayi di sekitar desanya.
Selain itu, dia juga bekerja di sebuah kios laundry pakaian di Jalan Magelang-Purworejo tepatnya di sekitar Kecamatan Tempuran.