TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Sekitar 15 menit menunggu penumpang, bus berawak tiga orang ini melaju.
Saat berjalan di area terminal, jemari sopir bus mengapit rokok.
"Ayo ndang mlebu. Sek akeh kursi nang mburi (Ayo segera masuk. Masih banyak kursi di belakang),” teriaknya kepada calon penumpang sebelum keluar dari area terminal.
Meski masuk kelas ekonomi bertarif biasa, bus ini memiliki fasilitas pendingin udara.
Sopir berkumis lebat itu empat sampai lima kali menghisap rokoknya. Tiga kursi deret di belakang sopir terisi.
Terdapat penumpang pria yang memangku balita di kursi yang posisinya tepat di belakang kursi sopir.
Entah tahu atau tidak, si sopir cuek mengisap rokoknya. Usai menghisap batang rokok, dia mengarahkan asapnya ke cendela.
Meski begitu, tetap saja bau rokok menyebar di bagian depan kabin.
Setelah keneknya membayar retribusi di loket yang berbada di pintu keluar Terminal Purabaya, sopir segera membuang rokok yang masih tersisa setengah itu.
Bus melaju pelan sampai di bundaran Waru. Di bypass Waru, kondektur menghentikan bus sejenak untuk mengangkut penumpang meski tindakan itu dilarang.
Aksi menaikkan penumpang berlanjut di pertigaan Medaeng.
Selama perjalanan, klakson bus tak henti-hentinya berbunyi.
Kendaraan berbadan besar dan panjang ini sering kali berebut lajur dengan kendaraan yang lebih kecil, terutama sepeda motor.
Pengendara motor yang memilih lajur kiri, dipaksa harus mengalah dengan bus yang melaju kencang. Pengendara motor kadang harus melintas di luar lajur.
“Sampe kaget sing nyetir diklakson-klakson. Mesakne, Mas,” ujar Suharti, seorang penumpang perempuan yang mengaku ikut takut melihat pemandangan di depannya.
Dia ikut tegang kalau sopir bus ngebut dan memepet kendaraan lain. “Ndredek aku, Mas. mepet banget e,” imbuhnya sembari menggelengkan kepala.
Di dashboard bagian atas, manajemen perusahaan oto menempel stiker berukuran sedang berisi nomor telepon yang bisa dihubungi penumpang bila sopir ugal-ugalan.
Manajemen memberikan dua pilihan. Yakni laporan melalui telepon atau pesan pendek (SMS).
Seorang pengendara motor yang berboncengan bersama seorang wanita dan anak-anak langsung terhenyak.
Laju bus terus lurus ‘memakan’ lajur kiri di Jalan Raya Kletek, Sidoarjo. Di lajur kanan, terdapat truk yang melaju pelan.
Di jalan ini hanya ada dua lajur. Satu lajur selebar badan bus atau truk kontainer.
Bunyi klakson beruntun membuat pengendara motor langsung meminggirkan laju motornya. Jarak antara motor dengan bus sangat tipis.
Pengendara motor sampai benar-benar melintasi batas antara lajur jalan dengan pinggiran badan jalan yang permukaannya dipenuhi pasir dan krikil.
Tak jarang, pengemudi motor mengumpat ketika sopir bus membunyikan klakson dan melaju memenuhi lajur kiri. (idl)