TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jejak perdagangan kapal-kapal Tiongkok sampai bumi Sriwijaya karena sungai-sungainya lebar. Tak menutup kemungkinan, temuan koin kuno Dinasti Tang di Sungai Komering dipakai di masa Kerajaan Sriwijaya abad 6 sampai 9 masehi.
Ketua Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sejarah Sumsel, Dr LR Retno Susanti menjelaskan kapal-kapal Tiongkok itu menyusuri Sungai Komering, setelah membeli komoditi andalan daerah setempat pada waktu itu. Misalnya kayu dan gading. "Mungkin saja gading karena di Lampung dan OKU Selatan banyak gajah," ujarnya kemarin.
Pakar Sejarah dari Universitas Sriwijaya ini menambahkan, di daerah ini sangat subur. Manusia purba diyakini akan tinggal di wilayah subur. Sehingga Retno berkesimpulan, banyak komoditas andalan menjadi incaran pedagang Tiongkok di hulu Sungai Komering.
"Selain temuan koin, bisa saja ada temuan emas di dasar sungai. Untuk membuktikannya memang harus diperiksa dasar sungai itu. Apakah di sana ada temuan manik-manik dan porselen. Biasanya kalau ada itu, ada juga emas,” ujar Retno.
Tetapi Retno tidak bisa memastikan berapa banyak jumlahnya. Atau mungkin juga sudah terbawa arus, sebab sungai waktu itu lebar-lebar dan memiliki arus yang deras.
Pengamatan Tribun Sumsel, koin-koin temuan warga di Desa Negeriagung itu mirip koin zaman Dinasti Tang, yang merupakan satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Tiongkok sepanjang sejarahnya. Berdiri pada tahun 618 dan menetapkan Chang'an sebagai ibukota dinasti ini.
Puncak kejayaan Dinasti Tang terlihat pada pemerintahan Kaisar Taizong. Kebudayaan Cina saat itu berkembang sangat pesat terutama pada bidang seni kaligrafi. Ia mendirikan Istana Hongwen dan menunjuk para pelukis kaligrafi terkenal untuk mengajarkan para pelajar.
Chang-an, ibu kota Dinasti Tang menjadi kota terbesar dan termegah pada jamannya. Dinasti Tang mengekalkan jalur perdagangan ke barat dan selatan yang menyebabkan perdagangan meluas dengan negara-negara asing yang jauh. Tidak sedikit pedagang asing menetap di Tiongkok pada waktu itu.