Laporan Reporter Tribun Jogja, Santo Ari
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Ratusan warga Yogyakarta memadati Alun Alun Utara Keraton Yogyakarta dalam rangka memperingati tahun baru 1436 Hijriyah. Malam tahun Baru Jawa atau yang biasa disebut malam satu suro selalu identik dengan ritual Topo Broto Mubeng Beteng, yaitu ritual jalan kaki memutari Benteng Keraton.
Tanpa alas kaki dan tak berbicara, masyarakat Yogyakarta memutari benteng Keraton pada tengah malam. Penghageng Nidyabudaya Keraton, GBPH Prabukusumo, memaparkan bahwa masyarakat Yogyakarta memaknai laku Topo Broto Mubeng Benteng sebagai bentuk introspeksi diri.
"Tanpa bicara sambil berjalan, masyarakat diharapkan dapat introspeksi satu tahun belakangan. Juga berdoa tahun depan akan menjadi pribadi yang lebih baik," Gusti Prabu, Jumat (24/10/2014) malam.
Adik tiri Sri Sultan HB X ini menambahkan bahwa masyarakat Yogyakarta saat ini lebih dapat menghargai budaya dan tradisinya. Sehingga bisa melesatarikan ritual yang telah dijalankan sejak dahulu.
Ritual topo broto sendiri dimulai Jumat (24/10/2014) pukul 22.00 dan berakhir Sabtu (25/10/2014) pukul 01.00.
Rute yang dilalaui adalah Alun Alun Utara - Jl. Kauman - Jl. Wachid Hasyim - Pojok Benteng Kulon - Gading - Pojok Benteng Wetan - Jl. Brigjend Katamso - Jl. Ibu Ruswo - Jl. Pekapalan dan kembali ke Alun Alun Utara.
Ritual malam satu suro diakhiri dengan memperebutkan dua gunungan oleh masyarakat Yogyakarta.