TRIBUNNEWS.COM, MELAWI - Penerapan kurikulum 2013 di Kabupaten Melawi bakal terhambat. Pasalnya penyedia hanya mampu mencetak 50 persen buku saja, sehingga tak bisa memenuhi kebutuhan yang ada.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Melawi, Paulus mengungkapkan, persoalan ini disebabkan oleh percetakan yang memenangkan tender pengadaan buku kurikulum 2013.
“Dampaknya ya kita akan kekurangan buku kurikulum 2013 untuk semua sekolah. Ini tak hanya dialami Melawi, tapi juga se Indonesia,” kata Paulus Selasa (4/11).
Lantaran realisasi buku tak mencapai 100 persen, maka dari itu anggaran yang telah disediakan oleh pemkab Melawi tidak bakal terserap seluruhnya.
“Kita sudah aggarkan Rp 4 miliar. Tapi karena ini cuma separuh, paling banyak sekitar Rp 1 miliar saja yang terserap. Sisanya ya kembali ke kas negara,” terangnya.
Kata dia, kekurangan buku ini tentu saja akan berdampak pada pembagian buku ke masing-masing sekolah. Namun, setiap sekolah tetap akan menerima seluruh buku mata pelajaran.
“Tetap lengkap terimanya. Hanya ya tidak semua dapat. Ada yang dua siswa satu buku nantinya,” katanya.
Kata dia, untuk buku kurikulum 2013 semester ganjil ini, hampir semua sekolah sudah menerima buku tersebut. Hanya saja, saat ini tinggal beberapa tema saja yang belum datang. Pelatihan kurikulum 2013 untuk guru-guru juga terus gencar dilakukan.
“Kalau untuk guru SD kita sudah latih untuk kelas 1,2,4 dan 5. Sedangkan untuk kelas 3 dan 6 akan dilatih pada tahun depan karena mereka kan belum menerapkan kurikulum ini pada tahun ini,” katanya.
Paulus pun belum mendengar soal wacana perubahan atau revisi kurikulum 2013 karena pergantian menteri. Menurutnya tidak mudah untuk mengganti kurikulum mengingat anggaran yang dikucurkan juga sangat besar.
“Tidak mungkin langsung ganti kurikulum lagi. Untuk kurikulum 2013 saja anggarannya sudah berapa triliun,” katanya (ALI).