TRIBUNNEWS.COM.CILACAP– Keluarga korban pembunuhan di Hongkong, Sumarti Ningsih, asal Cilacap, Jawa Tengah, meminta media untuk tak menyebutkan anaknya bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK).
“Saya mohon, mohon, meminta kepada wartawan mana saja untuk tak menyebutkan almarhumah anak saya Sumarti sebagai PSK dalam berita. Saya protes dan meminta untuk ditiadakan, karena anak saya anak baik-baik,” pinta Ahmad Kaliman (58), ayah Sumarti di rumahnya, Rabu (12/11/2014) dini hari tadi.
Ahmad pun meminta kepada pemerintahan Hongkong untuk bisa mengadili tersangka pembunuh anaknya dengan seberat-beratnya. Ia juga berharap mendapat dukungan penuh dari pemerintah supaya kejadian serupa tidak terulang.
“Saya minta pelaku segera dihukum seberat-beratnya,” kata Kaliman.
Sampai pagi ini, kondisi di rumah duka terpantau sepi dan hanya menyisakan deretan kursi di sebuah tenda yang masih berdiri di pekarangan depan. Namun, pintu depan rumah sekarang terbuka dan peti jenazah masih terdapat di ruang tengah.
Sesekali terlihat pihak keluarga yang tengah membersihkan pekarangan rumah untuk mempersiapkan prosesi pemakaman jenazah Sumarti yang rencananya akan dilangsungkan siang nanti di pemakaman yang tak jauh dari rumahnya.
Diberitakan sebelumnya, Sumarti Ningsih alias Alice, warga Kampung Grumbul Banaran RT 02 RW 05 Desa/Kecamatan Gandrumangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, merupakan salah satu korban pembunuhan di Hongkong oleh bankir Inggris, Rurik Jutting.
Jasad Sumarti ditemukan dalam sebuah koper di apartemen di Wan Chai, Hongkong. Dia tewas bersama seorang warga Indonesia lainnya yang dikenal sebagai Jesse Lorena di apartemen milik Jutting. Jutting mulai diperiksa oleh kepolisian Hongkong terkait kasus pembunuhan ini.(baca juga : Pembunuhan 2 WNI di Hong Kong Ujian Pertama Kemenlu Kabinet)