TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Penembakan terhadap Sumarno (55) oleh jajaran Polres Probolinggo menjadi heboh.
Pihak keluarga menyebut polisi salah tembak.
Tapi, Kapolres Probolinggo Kota AKBP Iwan Setiawan menyatakan Sumarno terpaksa ditembak karena menyerang polisi yang menangkap Agus, menantu Sumarno, yang disangka menjadi pengedar sabu-sabu
“Saat polisi akan menyergap, pemilik rumah mematikan lampu. Petugas lalu berkoordinasi dengan pengurus RT/RW. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya petugas masuk dari pintu belakang. Dengan meraba-raba karena gelap, akhirnya petugas mengetahui tersangka bersembunyi di bak kamar mandi,” jelasnya.
Pada saat itu, petugas diteriaki maling dan rampok oleh Sumarno.
Sementara itu, Agus yang akan ditangkap berhasil melarikan diri dengan melompat dari jendela.
Kisah lain penembakan yang mengundang perhatian masyarakat terjadi di Gresik.
Jajaran Polres Gresik menembak DS, tersangka perkosaan dan pembunuhan dua siswi.
Keluarga tersangka sempat memprotes hal ini, karena saat ditangkap, tersangka sudah tidak berkutik.
Tapi, polisi Gresik menyatakan, penembakan dilakukan karena DS mau melarikan diri.
Tak hanya itu, kasus penembakan juga menimpa Idrus Achmad (30), warga Desa Sekargadung, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Pasuruan.
Pria yang disebut sebagai otak perampokan di sejumlah minimarket ini di tembak mati oleh polisi, Rabu (5/11/2014).
Dalam kasus Idrus ini, tidak ada protes dari keluarga. Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Awi Setiyono menjelaskan, tersangka Idrus Achmad ini terpaksa ditembak karena hendak kabur saat akan ditangkap.
Petugas membuntuti, tapi pelaku yang mengendarai sepeda motor Suzuki Satria N 3272 O kabur ke arah Surabaya.
Pelaku memacu kecepatan motor saat polisi memberikan tembakan peringatan ke udara tiga kali.
Hingga tepat di Bundaran Waru, Sidoarjo, motor pelaku berhasil ditabrak petugas. Pelaku terjatuh lalu berusaha kabur ke semak-semak.
Ketika petugas berusaha mendekat, pelaku justru menyerang petugas Jatanras dengan senjata parang. Polisi terpaksa melepaskan tembakan ke arah dada pelaku.
“Saat itu juga pelaku kami bawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim untuk mendapat pertolongan medis. Tapi, di tengah perjalanan ke RS, pelaku meninggal dunia,” tandas Awi Setiyono.
Melarikan diri dan melawan petugas seperti yang dijelaskan Kombes Pol Awi Setiyono itu memang prosedur tetap (protap) untuk melumpuhkan penjahat dengan peluru.
Tapi, toh ternyata muncul saja protes dari keluarga dan tersangka, dengan tudingan penembakan yang diterimanya justru karena polisi melupakan protap itu.
Surya mencoba mengungkap fakta-fakta penembakan.
Hasilnya? Ada tersangka yang mengakui ditembak karena memang melawan petugas atau lari. Tapi, ada juga yang mengaku ditembak, padahal mereka tidak melawan.
Sebagian dari mereka kami temui di lembaga pemasyarakatan, di tahanan, dan sebagian lainnya saat mereka sedang menunggu sidang di pengadilan.
Umumnya, mereka minta namanya dirahasiakan. Tapi, ada pula yang mau berterus-terang.
Dia adalah DS, remaja yang didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap dua pelajar di Gresik awal Oktober lalu. (idl/rbp/ben/day)