News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kapolda Sulsel Siap Bertanggungjawab Atas Aksi Penyerangan Kampus UNM

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TOLAK KENAIKAN HARGA BBM - Polisi menangkap mahasiswa dan merusak fasilitas kampus saat melakukan penyisiran di Kampus UNM, Kamis (13/11). Penyisiran ini adalah reaksi polisi setelah Wakapolres Makassar, Totok Lisdiarto terkena busur saat meredam aksi mahasiswa yang menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM. tribun timur/muhammad abdiwan

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan Inspektur Jenderal Polisi Anton Setiadji, Jumat (14/11/2014), menegaskan kesiapannya bertanggung jawab atas insiden pemukulan dan penganiayaan tujuh jurnalis Makassar yeng meliput penyerangan mahasiswa di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Kamis (13/11/2014) lalu.

"Kita sudah minta maaf. Kita siap ganti kerugian. Dan saya sudah siap dicopot.." katanya kepada wartawan, sebelum naik ke mobil dinasnya, meninggalkan Mapolrestabes Makassar, Jl Ahmad Yani, kemarin.

Kapolda yang baru dua bulan bertugas di Makassar ini, mengaku sudah menelpon Kapolri Jenderal Sutarman, dan menegaskan kesiapannya bertanggungjawab atas aksi kekerasan, penyerangan kampus,  dan pengrusakan sejumlah fasilitas pendidikan dan properti mahasiswa.

"saya sudah telepon Kapolri, bahwa saya akan bertanggung jawab atas insiden kemarin, kata Kapolda Sulsel Irjen Polisi Anton Setiadji di Mapolrestabes Makassar.

Sikap serupa juga dikemukakan terpisah Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Ferry Abraham. Ferry menyebutkan, dia sudah mendapat instruksi dari kapolda untuk ikut membantu penyelidikan kasus kekerasan ini hingga tuntas.

Di hadapan wartawan,  Kapolda dudah membentuk tiga tim baik yang menangani masalah pengrusakan fasilitas kampus, penganiaya wartawan sekaligus aksi pemanahan yang menyebabkan Wakapolrestabes AKBP Toto Lisdianto terluka di punggung.

"Kita sudah bentuk tim, kami juga minta bantuan media untuk memberikan barang bukti rekaman yang melakukan penganiaya supaya kita bisa liat siapa siapa orangnya,"  kata perwira bintang dua ini.

Sebelumnya, tujuh jurnalis di Makassar mendapat perlakuan kasar dan penganiayaan dari oknum polisi saat meliput aksi demontrasi menuntut pembatalan rencana pencabutan subsidi BBM.

Tujuh jurnalis itu adalah Iqbal Lubis (jurnalis Tempo), Waldy (jurnalis Metro TV), Ikrar Assegaf (Celebes TV), Asep (Rakyat Sulsel), Zulkarnain Aco (TV One), Rifki (Celebes Online), dan Fadly( media online kampus Profesi). Perelatan kerja mereka dirampas dan dirusak oknum aparat Polri.

Sementara,  Kapolrestabes, Kombespol Fery Abraham juga mengaku kehadapan wartawan, siap dicopot dari jabatannya jika tidak mampu mengusut siapa-siapa anggotanya yang melakukan tindakan brutal hingga penganiayaan kepada wartawan.

Dia berjanji dalam waktu dekat ini semuanya bisa terungkap, dan akan terbuka kepada wartawan.
Kapolda juga mengatakan, penyerangan kampus dan pengrusakan fasilitas kampus,  motor dan penganiayaan wartawan, bukanlah instruksi atau perintah, tetapi itu murni inisiatif anggota, karena wkapolrestabes dibusur
"Itu tidak benar kalau kami memerintahkan untuk menyerang,  itu salah," kata Anton.

Anton mengatakan jika anggotanya terbukti melakukan tindakan diluar dari SOP, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.  "Sanksinya kita liat seberapa besar kesalahannya, untuk saksinnya bisa saja pencopotan "janji kapolda. (anc/san/lis/yud/jum)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini