Meski profesinya sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, namun jasa guru tak pernah bisa dilupakan. Guru telah mendidik anak-anak menjadi cerdas dan berakhlak mulia untuk bekal di masa depan, kelak.
TIDAK peduli ia seorang guru yang berstatus PNS atau hanya sebagai guru honorer (sukwan), semua guru telah berjasa mendidik anak negeri ini. Namun sayangnya penghargaan untuk para guru sering tak sebanding.
Seorang guru PNS, makin tinggi golongannya makin besar gajinya. Tiap bulan mereka juga menerima tunjangan sertifikasi dengan uang melimpah. Tentu berbeda dengan apa yang dirasakan guru honorer. ]
Honor yang mereka terima, jauh dari cukup. Padahal tanggung jawab dan kewajibannya sebagai guru, tak jauh berbeda dengan guru PNS.
"Alhamdulillah, tiap bulan dapat gaji Rp 150 ribu," tutur Nunung Nurhayati, seorang guru honorer di sebuah SD Negeri cukup terkenal di Ciamis Kota kepada Tribun, Selasa (25/11), bersamaan dengan peringatan Hari Guru Nasional ke-69.
Padahal ia sudah 10 tahun menjadi guru honorer di SD tersebut sejak tahun 2004. Di sekolah tersebut, dia memegang mata ajaran bidang studi Seni Budaya dan Bahasa Sunda.
Pada Hari Guru ini, Nunung berharap nasib para guru honorer, seperti dirinya, menjadi perhatian pemerintah. Terutama menyangkut kesejahteraan mereka.
Saat ini upah minimum Ciamis merupakan UMK paling rendah di Jawa Barat yaitu sebesar Rp 1.131.862, namun gaji para guru honorer jauh di bawah UMK tersebut. Nunung berharap honor guru sukwan juga bisa disesuaikan dengan UMK.
"Mudah-mudahan dari pemerintah daerah ada solusinya. Buruh saja ada UMK-nya, tetapi guru honorer tidak ada UMK-nya. Selama ini tiap sekolah menyisihkan honor untuk guru sukwannya dari dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang jumlahnya sangat terbatas," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu tiga anak (satu duduk di SMK dan dua di SMP), terpaksa putar otak. Dia mencoba membuka wirausaha jualan comro (makan khas Sunda dari singkong dan oncom).
Di Ciamis, Nunung tak seorang diri. Ada sekitar 2.000 orang guru sukwan (honorer) yang bernasib sama.
"Di SD saya saja ada empat orang guru sukwan. Dua orang tengah menunggu turunnya NIP, lulus jadi CPNS K-2. Tinggal dua lagi yang belum, " tutur Nunung. (andri m dani)