TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Warga Bantul masih saja kesulitan memeroleh tabung gas 3 kilogram. Bila memeroleh pun, harganya melambung tinggi.
Padahal sejauh ini pemerintah belum menyesuaikan harga gas melon pasca kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Salah satunya dirasakan Supriyono, penjual soto di sekitar Lapangan Paseban Bantul. Belum lama ini, ia mencari gas melon sampai harus berkeliling ke beberapa toko. Akhirnya ia memperoleh dengan harga Rp 22.000.
"Mau tidak mau meskipun harganya mahal harus dibeli. Soalnya mau masak pakai apa," keluh Supri, Rabu (26/11/2014).
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sulistyanta menduga, tingginya harga gas itu karena permainan harga oleh pengecer. Pasalnya, distribusi dan harga gas dari agen ke pangkalan lancar-lancar saja.
Ia juga merasa heran mengapa harganya dapat melambung ketika konsumen membeli di pengecer.
"Dari pantauan tim kami, gas melon memang lebih banyak di pengecer. Soalnya begitu gas tiba di pangkalan, langsung diserbu habis," urai Sulis.
Entah karena alasan apa, pengecer dapat menaikkan harga setinggi itu. Padahal stok sudah ditambah, harga pun belum naik.
Oleh karena itu, pihaknya akan segera menggelar pertemuan dengan pemilik pangkalan di Bantul agar lebih ketat mengawasi pembelian gas pengecer. Ia meminta kepada 700 pangkalan yang ada di Bantul mengurangi pasokan kepada pengecer.
Selain itu, ia juga meminta pangkalan untuk lebih meningkatkan layanan pembelian langsung pada konsumen. "Gas tidak ditahan di pengecer, tapi dilepas dengan harga tinggi," Sulis menambahkan. (tribunjogja.com)