TRIBUNNEWS.COM, AIRMADIDI - Drama langit Laut Kema menyisakan duka mendalam bagi keluarga Ronny Djasril (40).
Pilot pesawat carter Pilatus Trush-510P, milik Elang Nusantara Air dengan Register Penerbangan PK-ELR itu hingga Rabu (3/12/2014) sore belum juga ditemukan.
Pesawat penebar pupuk yang terbang dari Gorontalo tujuan Ternate itu jatuh di Laut Kema, Minahasa Utara, Selasa (2/12/2014).
Saat itu, pesawat hendak mendarat darurat di Bandara Sam Ratulangi Manado karena cuaca buruk menghinggapi langit Ternate. Selain Ronny Djasril, mekanik pesawat, Pian Sopian juga belum ditemukan.
Kakak ipar Pilot Ronny Djasril yakni, Noviwaldi Jusman, Selasa malam terbang dari Pekanbaru ke Manado untuk memastikan nasib suami dari adiknya, Sandri.
Sandri bersama anaknya syok berat atas tragedi ini. Sanak famili dan tetangga pun ramai-ramai mendatangi rumahnya di Jalan Embun Pagi Nomor 8, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, untuk menghiburnya.
Noviwaldi bergabung dengan Tim Evakuasi yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polisi, PMI, BNPB dan beberapa nelayan, Rabu (3/12/2014) siang menuju tengah laut.
Lima speed boat meluncur ke tengah laut. Sekitar 15 menit sampai di lokasi yang diprediksi tempat jatuhnya pesawat nahas itu.
Noviwaldi ikut di dalam speed boat itu. Dia menyaksikan sendiri upaya pencarian di tengah laut. Dia juga turut memantau laut dan terus memanjatkan doa agar nasib sang adik segera terkuak.
Tim yang dilengkapi dengan alat deteksi milik Basarnas diaktifkan. Sejumlah anggota tim juga bersiap untuk menyelam. Sayangnya, arus begitu deras sehingga mengganggu jalannya pencarian korban.
Lima speed boat pun terus berputar-putar mencari sesuatu yang mengapung. Namun tak satupun serpihan ditemukan. Anggota tim juga menegaskan bahwa kabar ada yang melihat potongan tubuh manusia itu bohong.
Kurang lebih selama 1 jam di seputaran koordinat jatuhnya pesawat, akhirnya alat deteksi mendapatkan tanda ada sebuah benda di dasar laut.
Anggota penyelam pun langsung menandai lokasi dan menurunkan karung kecil yang berisi pasir terikat dengan tali sebagai jalan penyelaman bagi empat penyelam.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 14.15 Wita, empat orang penyelam dari Marinir dan Basarnas turun melalui tali yang telah sampai ke dasar laut dengan kedalaman sekitar 60-80 meter.
Empat penyelam itu adalah Priyo, Putra Fadel dan Goodlife. Namun menurut Priyo, ketika berada di kedalaman 44 meter, jarak pandangnya hanya 6 hingga 7 meter. Sementara arus di dasar laut sangat deras sehingga sulit untuk lebih ke dalam lagi.
"Karena arus kuat sehingga tim penyelam memutuskan naik ke atas dan diperkirakan kedalamannya masih ada sekitar 30 meter lebih. Jadi jika ditambah 44 meter bisa 60-80 meter," ujarnya.
Tim penyelam berada di kedalaman 44 meter selama 15 menit. Setelah situasi tidak memungkinkan, mereka naik lagi dan kembali ke tepi Pantai Kema.
Noviwaldi Jusman kepada Tribun Manado mengatakan bahwa keluarganya membutuhkan adanya mukjizat sehingga nasib Pilot Ronny Djasril segera diketahui.
"Semoga saja cepat ditemukan dan ada mujizat," ujar Noviwaldi.
Dikatakannya, keluarga sangat terguncang dengan peristiwa ini. Dia pun terlihat pucat dan sedih.
Ia menuturkan, saat mendapat informasi kecelakaan pesawat yang melibatkan adik iparnya, dia memutuskan terbang ke lokasi kejadian.
"Semoga dapat ditemukan dalam kondisi sehat. Tapi jika Tuhan memang menunjukkan jalan lain, kami tetap berdoa kepada Tuhan," ungkapnya.
Menurutnya, seluruh keluarganya berkumpul di rumah dan menunggu kabar darinya.
Dia mengatakan, Pilot Ronny Djasril adalah sosok yang supel.
"Adik kami ini mungkin adalah yang paling baik di keluarga kami. Dia suka bercanda dengan seluruh keponakannya," kenang Noviwaldi. (kel)