Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered
TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Investor masih menunggu rampungnya sejumlah paket perizinan terkait pembangunan rel kereta api Muara Wahau-Lubuk Tutung, Kabupaten Kutai Timur, sepanjang 130 kilometer. Salah satunya adalah pembebasan lahan.
"Kendala lapangan yang utama adalah lahan. Perizinannya panjang. Jadi masih mengurus seputar itu," ujar Head of External Affair PT Minerals Energy Commodities (MEC), Tjetjep P di Badan Pertanahan Nasional (BPN), Jakarta.
Tjetjep mengaku mayoritas lahan yang diperlukan untuk rel sudah dibebaskan. "Sekarang kita ada lintas tambang yang sedang ingin diselesaikan dan status lahannya pinjam pakai," katanya. Ia memastikan hal yang berurusan dengan masyarakat dan perusahaan lain relatif sudah rampung.
Fase dimulainya pembangunan konstruksi rel ditargetkan setahun setelah perizinan rampung. "Tergantung izinnya kapan (selesai, red). Rencana kami, satu tahun setelah semua clear, akan dilaksanaan implementasi konstruksi," katanya.
Pembangunan rel mengalami penundaan dari jadwal awal. Selain karena menunggu rampungnya perizinan, juga karena jatuhnya harga batu bara dunia. Skema MEC membangun rel untuk mengangkut batu bara agar terkoneksi dengan pelabuhan di Lubuk Tutung.
"Kita juga sedang menimbang keekonomian. Tentang sumber biaya, juga harga dunia komoditi batu bara yang turun drastis. Memang deposit kita potensial untuk 30 sampai. 40 tahun ke depan. Namun saat ini situasinya sedang tidak ekonomis," katanya.
Megaproyek MEC, bentukan Ras Al-Khaimah dan Trimex Group, senilai USD 5 miliar di Kutai Timur, merupakan investasi terintegrasi. Mereka akan menambang batu bara, mengangkutnya secara lokal dengan kereta api, dan membawa ke luar Kutim dari pelabuhan.
"Semuanya harus selesai dulu. Ini pembangunan terintegrasi. Tambang terhubung dengan transportasi kereta dan fasilitas mengeluarkan barang di pelabuhan. Harus selesai semua infrastruktur dulu," kata Tjetjep.
Pembangunan rel kereta dengan pelabuhan juga akan dilakukan secara paralel. Manakala pembangunan rel kereta dimulai, maka pelabuhan juga dibangun bersamaan. Rencananya pembangunan dimulai dari pelabuhan. Lalu rel kereta dibangun bersamaan dari arah Bengalon dan dari arah Muara Wahau.
"Rencananya proses pembangunan rel dari dua arah ini akan bertemu di tengah. Itu kalau memungkinkan. Kalau tidak memungkinkan, kami akan maju dari arah pelabuhan ke arah Muara Wahau," katanya.
Walaupun sempat ada perubahan lintasan, namun panjang total rel tidak banyak berubah. "Kurang lebih sama (130 kilometer, red). Perbedaannya tidak banyak. kami hanya memindahkan alignment dengan panjang kurang lebih sama," katanya.