TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG -- Kondisi kesehatan Een Sukaesih (51) masih belum melewati masa kritis, Kamis (11/12/2014). Guru pejuang yang mengalami kelumpuhan akibat penyakit radang sendi atau rheumatoid arthristis selama 30 tahun ini masih koma di ICU RSU.
Namun saat masih terbaring koma ini, Een sempat memberikan reaksi dengan membuka mata dan leher serta kepalanya bergerak ketika anak didiknya datang menjenguk dan melakukan komunikasi.
Humas RSUD Sumedang, Iman Budiman menyebutkan saat ada anak didiknya yang melayat dan masuk ke ruang ICU diminta untuk melakukan komunikasi. “Kami menyuruh anak didiknya itu untuk berkomunikasi di dekat telinga Ibu een dengan menyebutkan nama dan datang untuk melayat,” kata Iman, Kamis (11/12/2014).
Diluar dugaan setelah melakukan komunikasi dengan anak didiknya itu ternyata Een sempat membuka matanya. “Padahal biasanya saat dokter maupun pelayat yang lain menjenguknya tak ada reaksi seperti itu,” kata Iman.
Menurutnya, untuk terus memberikan rangsangan terjadap kesadaran Een, pihaknya meminta anak didiknya yang melayat itu diminta melakukan komunikasi. “Kami meminta anak didiknya yang menjenguk Ibu Een untuk berkomunikasi sekedar bertanya kalau mereka datang menjenguk dengan menyebutkan nama dan berdoa supaya lekas sehat lagi,” kata Iman.
Disebutkan sejak masuk ke ICU Rabu (10/12) pagi kondisinya belum melewati masa kritis. “Kondisinya masih kritis dan sekarang dalam pengawasan tiga orang dokter spesialis penyakit dalam, syaraf dan anastesi di ICU,” kata Iman.
Pelayat guru pejuang ini terus berdatangan, selain tetangga kerabat, anak didiknya juga terlihat anggota DPR RI asal Sumedang, Dony Ahmad Munir yang datang dan melihat kondisi Een dan berdoa.
Een dijemput pihak rumah sakit karena kondisi kesehatannya memburuk, mengalami sesak napas dan makanan tak bisa masuk, Selasa (9/12). Een sempat menolak ke rumah sakit namun setelah dibujuk akhirnya luluh.
Di tengah keterbatasan tubuhnya akibat digerogoti penyakit radang sendi, Een juga mengalami infeksi paru-paru dan lambungnya sakit. Biasanya setiap sebulan sekali ada dokter yang datang ke rumah Een di Batukarut, Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka untuk memantau kesehatannya.