KECINTAAN Een Suaesih terhadap anak-anak didiknya memamng selalu membuatnya kuat. Itu sebabnya, dalam keadaan sesakit apa pun, selama masih dalam keadaan sadar, yang diingatnya hanya anak-anak.
"Kemarin, waktu mau dibawa ke rumah sakit juga menolak sambil mengatakan, 'bagaimana dengan anak-anak yang mau ujian akhir semester dan butuh belajar'," kata Tati, adik Een.
Berkat keuletan Een, menurut Tati, banyak anak-anak di kampung mereka yang berpretasi. Perjuangan tanpa pamprih inilah yang kemudian menarik perhatian banyak orang, tak terkecuali Presiden (waktu itu) Susilo Bambang Yudhoyono.
Tahun lalu, saat masih menjabat sebagai presiden, SBY mengundang Een ke Istana Negara. Beberapa bulan setelahnya, SBY dan istri bahkan menyempatkan diri menjenguk Een di Batukarut di sela kunjungan kerjanya di Sumedang.
Ketika itu Een sempat mengutarakan rasa terima kasihnya atas perhatian SBY dan keluarga terhadap dia dan dunia pendidikan.
"Alhamdulillah, kegiatan belajar mengajar sudah berjalan lebih lancar, apalagi anak-anak sudah diberi semangat baru. Kami sangat berterima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah memberikan sumbangan dan bantuan kepada kami," kata Een kepada SBY, saat itu.
Karena kegigihan dan ketulusannya, beragam penghargaan kerap diterima Een dari sejumlah pihak. Antara lain beasiswa dari Yayasan Supersemar, penghargaan Special Award dari SCTV, dan penghargaan khusus dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Juni tahun lalu.
Saat menerima penghargaan di UPI, Een menangis tersedu-sedu karena bertemu dengan dosen favoritnya saat kuliah dulu, Rektor UPI Prof Sunaryo Kartadinata dan Prof M Surya.
"Apa yang saya lakukan hanya karena bentuk kecintaan saya pada pendidikan. Saya ingin anak- anak maju dan pintar," katanya saat itu.
Dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang pendidik, Een, yang sempat lulus menjadi CPNS, pernah tercatat mengajar di SMA Sindanglaut Cirebon.
Namun, setelah sebulan mengajar, Een lumpuh, hingga akhirnya gagal ikut prajabatan untuk menjadi PNS. Sejak mengalami kelumpuhan, tubuhnya semakin mengecil, tapi tidak semangatnya.
Seperti yang sempat dikatakannya saat menerima penghargaan di UPI tahun lalu.
"Yang terpenting dalam hidup harus tetap semangat, harus kuat untuk bangkit dari keterpurukan. Dan untuk pendidikan, harus ingat alat pendidikan, selain kewibawaan dan ilmu pengetahuan itu sendiri, adalah cinta kasih atau kasih sayang...." (std/tif)