TRIBUNNEWS.COM.BANJARNEGARA- Bencana tanah longsor yang menimpa Dusun Jemblung RT 05/RW 01 Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah yang terjadi Jumat (12/12/2014) sore, menyisakan duka mendalam bagi korban selamat.
Mereka yang lolos dari maut, bercerita bagaimana bencana dahsyat yang menimbun dusun mereka terjadi. Kisah dramatis di antaranya terjadi pada Wawan Wahyuni (20), warga dusun yang selamat dari longsor.
Wawan yang menggunakan satu kaki palsu, berhasil selamat, meski separuh tubuhnya telah tertimbun tanah. Bahkan saat diselamatkan, satu kaki Wawan masih tertinggal di dalam tanah.
Wawan mengatakan, sesaat sebelum kejadian longsor itu ia bersama kelima keluarganya sedang berada di dalam di rumah. Setelah longsor pertama dan kedua, warga meminta ia dan keluarganya segera lari dari rumah. Wawan justru meminta bibinya Khotimah yang dibawa ke tempat aman dahulu.
Khotimah saat itu dalam kondisi hamil 9 bulan. "Pas longsoran pertama dan kedua, warga sudah meminta saya dan keluarga segera lari dari rumah. Tapi saya bilang, bibi Khotimah dulu yang dibawa. Saya dan lainnya segera menyusul," ungkapnya.
Namun, setelah bibinya dibawa oleh warga, longsor ketiga pun terjadi dan meluluhlantahkan puluhan rumah warga di desanya. "Sesaat sebelum longsor ketiga, nenek, kakek dan kedua saudara saya sudah lari duluan karena panik. Karna saya tidak bisa berlari cepat, dan saya harus mengunci rumah dulu makanya saya tertinggal di depan rumah," kata dia.
Saat itu, Wawan sudah sampai di depan rumah hendak berlari. Namun terlambat, longsoran tanah sudah sampai depan rumah. Semakin lama semakin banyak dan menimbun separuh badannya. "Pas saya lihat di depan rumah, tanah longsor sudah setinggi satu meter, saya bingung dan berteriak minta tolong di depan rumah. Setelah beberapa menit kemudian, longsoran tanah masuk ke halaman depan rumah dan akhirnya menimbun separuh badan saya," katanya.
Saat itu, longsoran tanah sudah menutupi seluruh jalan bahkan rumah-rumah yang berada di sebelahnya. "Ya sudah, saya ngga tahu mau lari kemana, di sana-sini semuanya penuh lumpur. Saya hanya pasrah berdiri di depan rumah. Saya memegang tiang penyangga rumah sampai tubuh saya separuh tertimbun lumpur," katanya.
Separuh tubuhnya tertimbun lumpur selama tiga jam di depan rumah, sebelum diketahui oleh Tim SAR. Ia terus berteriak minta tolong. "Jumat (12/13) malam itu, dengan kondisi tubuh saya tertimbun lumpur dan gelap gulita, saya memejamkan mata dan berteriak-teriak minta tolong," ungkapnya.
Mendengar teriakan-teriakan minta tolong, sekitar 20 anggota Tim SAR yang saat itu hanya menggunakan senter, berusaha mencari ke arah sumber suara. Setelah dua jam lebih, akhirnya Wawan ditemukan oleh Tim SAR.
"Alhamdulilah saya bisa selamat setelah ditolong oleh Tim SAR. Meskipun kaki palsu saya sempat copot, saya bisa dikeluarkan dari timbunan lumpur dan dibawa ke rumah warga," katanya. Bibi Wawan, Khotimah (25) warga Dusun Jemblung RT 05/RW 01 Desa Sampang Kecamatan Karangkobar juga berhasil selamat dari timbunan longsoran tanah tebing di desanya. Meskipun kakinya lecet-lecet dan badannya masih lemas, Khotimah sangat bersyukur nyawanya bisa selamat.
Perempuan yang hamil sembilan bulan itu, panik ketika melihat longsoran tanah tebing menimpa puluhan rumah di desanya. Tepat saat kejadian, Dia dan kelima anggota keluarganya, termasuk wawan sedang berada di dalam rumah. "Longsor terjadi menjelang waktu salat magrib," ujar Khotimah di Puskesmas Karangkobar, kemarin. Sekitar pukul 17.30, ia dan kelima keluarganya mendengar suara gemuruh yang berasal dari belakang rumahnya. Khotimah di rumah tinggal bersama kakek, nenek, kakak, adik dan Wawan. Mereka berenam kemudian keluar rumah untuk memastikan apa yang terjadi.
"Saya syok ternyata suara gemuruh itu berasal dari reruntuhan tanah tebing. Langsung saja saat itu juga kami panik dan langsung keluar rumah," katanya. Ia mengaku, suara gemuruh yang disertai reruntuhan tanah longsor itu terdengar tiga kali.
"Pas longsor yang pertama dan kedua hanya berselang beberapa detik saja, setelah itu disusul longsoran yang ketiga. Longsoran yang terakhir inilah yang sangat besar, sehingga menimbun seluruh rumah yang berada di dusun," katanya.
Saat longsoran yang ketiga itulah, ia menyelamatkan diri bersama keponakannya, Wawan Wahyuni (20). Sedangkan, keempat keluarga lainnya berpisah lantaran menyelamatkan diri lari ke pertigaan jalan. "Saat longsor yang pertama, saya ditolong oleh warga dan dibawa ke rumah warga yang berjarak 1 kilometer. Saya kan masih hamil besar dan takutnya kalau lari membahayakan kandungan saya, makanya saya digendong warga," kata dia. Sesaat sebelum longsoran terakhir, keempat keluarganya sudah lari untuk menyelamatkan diri. Namun, hanya Khotimah dan Wawan yang selamat dari bencana longsor. Entah mukjizat ataupun kehendak Allah SWT yang dialami Khotimah dan Wawan, sebab satu-satunya rumah yang masih berdiri dan utuh adalah rumahnya.
Keputusan Wawan untuk tetap bertahan di depan rumahnya yang membuat ia selamat dari peristiwa nahas itu. Wawan adalah pemuda yang hanya memiliki satu kaki ini. "Keponakan saya memang separuh badan sempat tertimbun longsoran tanah tepat di depan rumah, tapi Alhamdullilah bisa selamat, setelah ditolong oleh Tim SAR," ungkapnya. Meski berhasil ditolong Tim SAR, satu kaki palsu Wawan terlepas dan tertimbun tanah.
"Setelah diangkat dari lumpur, kaki palsu Wawan terlepas. Tapi dia akhirnya bisa selamat," jelasnya. Namun, keberadaan empat anggota keluarga Khotimah hingga kini masih belum ditemukan. "Saya berharap, empat anggota keluarga saya segera ditemukan. Apapun itu kondisinya," kata Khotimah.
Suara Gemuruh Seperti Petir Sore itu Jumat (12/12/2014), merupakan hari yang tak terlupakan bagi Wawan (42) dan keluarganya, warga RT 04/RW 1 Dusun Jemblung. Saat itu, ia sedang berada di luar rumah untuk membeli makanan di warung sekitar pukul 17.30.
Saat itu, memang cuaca diguyur hujan deras sejak Rabu (10/12/2014) lalu. Sebelum peristiwa itu terjadi, Wawan mendengar suara gemuruh yang begitu keras dari atas tebing. "Sebelum longsor itu terjadi, saya dari warung untuk beli mi instan. Tapi pas dalam perjalanan pulang, saya dengar suara gemuruh seperti suara gluduk yang besar. Tidak sampai lima detik suara gemuruh itu, tiba-tiba saya lihat ujung tebing atas tanahnya longsor," ujar Wawan.
Setelah tahu tanah tebing itu longsor, Wawan langsung lari ke rumah untuk memberitahukan kepada empat anggota keluarganya yang berada di rumah. Setelah sampai di rumah, dia dan keluarga langsung berlari menuju tempat yang aman untuk menyelamatkan diri.
Lokasi rumah Wawan berada di dataran yang lebih tinggi dari lokasi longsor, sehingga ketika tebing runtuh, dirinya dapat melihat dengan jelas reruntuhan tanah meluluhlantahkan permukiman yang berada di bawahnya. "Tidak sampai lima menit longsoran tanah itu meluluhlantahkan seluruh rumah warga," katanya.
Melihat secara langsung longsoran tanah yang menimbun puluhan rumah milik tetangganya, membuatnya lemas dan tidak bisa berkata apa-apa. "Setelah berada di tempat yang aman, dari kejauhan saya melihat longsoran tanah sudah menimbun seluruh rumah warga yang berada di Dusun Jemblung bawah," papar dia.
Longsoran yang menimbun puluhan rumah milik warga, kata dia, akibat longsoran tanah dari tebing berbelok arah ke arah permukiman. "Tebing memang tepat berada di samping kanan rumah warga di dusun ini, namun jatuhnya berbelok dan persis di areal permukiman warga. Apalagi, dusun ini letaknya di antara dua tebing. Longsoran tanah menimbun seluruh permukiman," jelasnya.
Setelah kejadian itu, suasana sekitar dusun langsung hening. Suara meminta tolong terus terdengar di sela hujan yang tiba-tiba turun. Aliran listrik langsung terputus sehingga suasana sekitar dusun gelap gulita. Mendengar teriakan minta tolong, Wawan lalu bergegas mencari bantuan. Dia juga sempat membantu beberapa orang yang masih bisa dievakuasi dari jarak dekat. Wawan menceritakan, saat longsor terjadi ada empat orang kerabatnya yang berada di sungai untuk memancing.
Tubuh keempat kerabatnya hilang disapu longsoran tanah. "Saat ini saya masih belum tahu bagaimana keadaan empat teman saya yang saat kejadian sedang mancing di sungai. Kemungkinan mereka terbawa longsoran tanah itu, sebab sungai itu kondisinya masih tertutup longsoran tanah," katanya