TRIBUNNEWS.COM - Hingga Sabtu (20/12), Gunung Gamalama di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, yang mengalami erupsi pada Kamis malam, terus bergemuruh dan mengeluarkan asap. Abu vulkanik masih menghujani Kota Ternate dan sekitarnya hingga radius enam kilometer.
Ancaman bahaya gunung berketinggian 1.715 meter itu kian menakutkan. Darno Lamane dari pos pemantau Gunung Gamalama saat dihubungi dari Ambon, Maluku, mengatakan, selain gemuruh dan semburan asap, juga terjadi beberapa kali gempa seperti yang terekam pada Jumat dari pukul 18.55 WIT hingga 23.29 WIT. Kondisi serupa terus berlanjut pada Sabtu dari pukul 00.00 WIT hingga 06.00 WIT.
”Kondisi masih pada level III (Siaga). Kami terus memantau perkembangannya dan belum ada perubahan signifikan. Warga tetap waspada,” ujarnya.
Semburan abu yang keluar dari kawah gunung masih tinggi, berkisar dari 700 meter hingga 1.000 meter.
Ketika terjadi erupsi pada Kamis, ketinggian abu yang dimuntahkan Gunung Gamalama mencapai 2.000 meter. Letusan itu terjadi pada pukul 22.41 WIT.
Menurut Darno, semburan asap Gunung Gamalama mengarah ke sisi timur dan selatan gunung. Tiga kecamatan terkena dampak paling parah, yakni Ternate Tengah, Ternate Utara, dan Ternate.
Kondisi tersebut mengkhawatirkan warga setempat. ”Kondisi ini sudah berlangsung selama tiga hari. Sampai sekarang belum ada perubahan. Kami khawatir kondisi semakin parah dan terjadi lagi seperti pada 2011 lalu,” kata Arif, warga. Gunung Gamalama pernah mengeluarkan lahar dingin pada 5 Desember 2011.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku Utara Ridwan Saban mengatakan, warga belum diungsikan karena kondisi gunung masih di level III. BPBD terus berkoordinasi, termasuk membangun pos kesehatan untuk melayani warga yang sakit akibat dampak erupsi itu.
”Hari ini, kami akan membagikan lagi masker untuk warga,” katanya. Pada Jumat kemarin, sekitar 45.000 masker dibagikan. Ketebalan debu vulkanik di jalan kini mencapai lima sentimeter.