News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Air PDAM Mengalir Hanya Dua Hari Sekali di Perumahan Yang Dihuni 2.600 Warga

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga korban erupsi Gunung Kelud memanfaatkan air bersih menggunakan saluran air PDAM milik Zainal Abidin, tokoh masyarakat setempat yang dinisiasi PKPU.

TRIBUNNEWS.COM,SEMARANG - Memiliki 2.600 rumah di kawasan Bukit Kencana Jaya, Meteseh, Tembalang membuat pengembang PT Metro Jaya yang dipimpin Djoko Santoso bergantung pada air Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang.

Ia ingat sudah memakai jasa PDAM sejak awal tahun 1990-an.

"Waktu itu alirannya deras, bahkan kami turut membantu membuat sambungan," katanya saat ditemui Tribun Jateng, belum lama ini.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ia menerima banyak keluhan dari 2.600 pemilik rumah di perumahan tersebut.

Keluhan yang diterimanya mulai debit air kecil, hingga tidak lancar.

"Dulu tiap hari air dari pipa PDAM bisa mengalir tiap hari, namun kini dua hari sekali baru mengalir. Kami memang bergantung sepenuhnya pada PDAM karena di kawasan ini tidak bisa untuk sumur artetis," ucapnya.

Djoko menduga perkembangan Kota Semarang tidak bisa diikuti oleh PDAM kota Semarang.

Jaringan atau layanan yang dikembangkan PDAM masih kalah cepat dengan pertumbuhan perumahan warga Semarang. Akhirnya, aliran air dibagi sedemikian rupa.

Beberapa waktu lalu, ia membangun 415 rumah di kluster baru. Ia juga mengajak PDAM untuk bekerjasama tapi dengan jaminan air mengalir 24 jam.

"Tapi PDAM keberatan," cetusnya.

Pria berkumis itu pun memutuskan untuk membuat sumur artetis. Di sana air justru mengalir lancar. Konsumennya bisa menikmati air selama 24 jam.

Warga perumahan Semarang Indah, Semarang Barat, Tri Djoko langsung menghela napas saat ditanya tentang pelayanan PDAM Tirta Moedal Kota Semarang.

Selama sembilan tahun tinggal di perumahan tersebut, ia tidak pernah puas dengan pelayanan yang diberikan Badan Usaha Milik Daerah itu.

"Dalam seminggu itu, paling ngalirnya cuma dua hari," keluhnya, belum lama ini.

Ia heran dengan pelayanan tersebut. Yang mengalaminya bukan hanya dirinya tapi warga lainnya dalam satu gang.

Padahal posisi perumahannya berada di pusat Kota Semarang. Tidak jauh dari sumber air.

Merasa tidak puas, ia dan warga di perumahan sepakat membuat sumur artetis. Meski dibatasi jam-jam mengalirnya, tapi alirannya selalu lancar.

"Berbeda dengan layanan PDAM," tuturnya.

Walaupun sudah memakai sumur artetis, Tri tidak memutus langganannya ke PDAM. Namun, ia tidak menggunakannya atau hanya dibiarkan saja.

"Paling bayar Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu sebulan, itu juga abonemen," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini