TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN BUN - Kapal perang Amerika Serikat, USS Sampson yang didukung dua helikopter Seahawk mampu menemukan 12 jenazah penumpang dan awak korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 dalam sehari pencarian.
Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebut hal itu di antaranya dikarenakan alat canggih yang ada di helikopter Amerika Serikat itu.
"Kapal mereka punya pesawat (helikopter) yang punya alat untuk melihat objek jarak jauh di laut. Sementara, kapal kita tidak dilengkapi pesawat dan pesawatnya pun ada di sini (di Lanud Iskandar)," ujar Direktur Operasional Basarnas Pangkalan Bun, Marsekal Pertama SB Supriyadi di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Jumat (2/1/2015).
Menurut Supriyadi, pihak Indonesia melakukan pencarian korban dan puing pesawat dengan pemantau udara dan laut. Di titik lokasi pencarian, ada 11 KRI yang melakukan pencarian. Sementara, dari udara dikerahkan lebih 20 helikopter dan pesawat jenis CN yang melakukan pencarian secara bergantian.
Pencarian dengan KRI, hanya bisa melihat benda atau objek jarak dekat sehingga temuan jenazah dan serpihan pesawat terbilang sedikit meski sudah dilakukan sejak enam hari.
"Kapal kita menemukan jenazah atau puing-puingnya itu sedikit-sedikit yang memang dilewati kapal tersebut, tapi yang jauh tidak dapat," ungkapnya.
Menurut Supriyadi, selain koist (alat penarik barang), helikopter Amerika Serikat juga dilengkapi alat untuk mendeteksi objek di bawah permukaan air laut.
"Kalau kapal Amerika ada helikopternya dengan alatnya itu melakukan patroli lalu menemukan. Setiap menemukan langsung diambil karena ada alat untuk menariknya.
"Kalau dengan pesawat kita, jarak pandangnya bisanya dekat. Bedanya jika dilihat dari atas kapal mungkin jarak pandang dekat. Tapi, kalau dilihat dari udara kelihatan satu per satu," imbuhnya.
Menurut Supriyadi, selain kapal, pihak Indonesia juga mengerahkan sejumlah pesawat jenis CN dan helikopter yang melakukan pencarian di titik diduga jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Namun, alat pada pesawat dan helikopter tersebut belum mampu mendeteksi benda atau objek di bawah permukaan laut.
"Karena ada jenazah yang tidak mengambang di atas permukaan laut, tapi hanya terlibat bayangan di bawah permukaan laut. Jadi, helikopter mereka mampu melihat dengan alatnya, lalu mereka ambil," ujarnya.
Selain alat, Supriyadi menduga keberhasilan pihak Amerika Serikat menemukan 12 jenazah dalam waktu singkat karena kejelian.
"Mereka juga lebih jeli," imbuhnya.
Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Banjarmasin, Kolonel Laut (P) Haris Bima membantah pernyataan Supriyadi.
Menurut Haris, kapal USS Sampson dengan helikopternya menemukan 12 jenazah dalam dua hari terakhir. Ia membantah adanya alat canggih helikopter Seahawk Amerika untuk mendeteksi objek di bawah permukaan laut.
"Kalau secara kemampuan, alat dan prosedur pencarian yang kami lakukan itu sama. Itu karena kebetulan saja saat kapal dan helikopter mereka lewat di situ ada jenazah bermunculan di permukaan," ujar Haris usai berbincang dengan utusan Angkatan Laut atau US Navy, Adams di Lanud Iskandar.
"Dia (Adams) saja bilang, 'Saya juga bingung kenapa bisa dapat banyak jenazah dan puing pesawat," imbuhnya.
Haris menjelaskan, TNI AL mengerahkan 11 KRI untuk proses pencarian korban dan puing pesawat AirAsia QZ8501. Ada empat KRI di antaranya dilengkapi satu helikopter dengan koist. Kemampuan setiap helikopter pun sama dengan Seahawk milik militer Amerika Serikat.
"Malah KRI Banda Aceh punya dua helikopter yang standby," tuturnya.
Adams selaku LO atau perantara US Navy dan TNI AL mengatakan, sebenarnya kapal USS Sampson memiliki empat helikopter Seahawk. Namun, helipad kapal hanya mampu menampung dua helikopter.
"Kedua helikopter bergerak bersamaan. Tapi, ada satu helikopter yang rusak, maka terkadang diistirahatkan. Kecuali dalam keadaan darurat," kata Adams.
"Kalau kami dibilang beruntung, saya tidak tahu," imbuhnya.