TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Bangku yang biasa diduduki Kevin Biantoro (15) di kelas 11 Matematika dan Ilmu Alam (MIA) II di ruang XI A-2 SMUK Kolese Santo Yusup kini kosong.
Kevin adalah salah satu korban pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Karimata, Pangkalan Bun, Minggu (28/12/2014) lalu. Jenazah Kevin dan kedua orangtuanya, Djarot Biantoro dan Ernawati, bahkan belum ditemukan hingga saat ini. Mereka berangkat dengan pesawat AirAsia untuk berlibur ke Singapura.
Di kelas ini, Kevin biasanya duduk sebangku dengan Clisia Olan Kurniyawan. Di kalangan teman-teman kelasnya, Kevin akrab dipanggil "Toro".
"Dia orangnya baik, sopan, mudah akrab dengan teman sekelasnya," kata Olan saat ditemui di sekolahnya, Selasa (6/1/2015).
Olan pun berharap Kevin bisa ditemukan dalam kondisi selamat.
"Saya berharap ada mujizat untuk Kevin. Dia bisa masuk sekolah lagi. Sosok orangnya periang, mudah bergaul, pokoknya seru," kata Olan dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, menurut Grace Alodia, teman Kevin sejak masa SMP di SMPK Kolese Santo Yusup 1, Kevin adalah sosok yang lucu.
"Dia sosok yang nyebelin, lucu tapi ngangenin. Dia pernah janjian akan ketemuan di Singapura dengan saya. Tapi sudah keburu dipanggil," katanya.
Menurut Marco, teman sekelas Kevin lainnya, menuturkan bahwa Kevin pribadinya sangat baik.
"Saat SMP saya satu perjuangan di OSIS. Saya tahu Kevin ikut dalam pesawat itu setelah tahu nama papanya ada di penumpang pesawat AirAsia yang kehilangan kontak," ungkap Marco.
Yang paling terkenang, lanjut Marco, sebelum berangkat, Kevin sempat bertanya kepada teman-teman di sekolahnya bagaimana caranya biar cepat tidur.
"Itu yang sangat terkenang sebelum Kevin ke Singapura," katanya.
Kepada sahabat-sahabatnya ini, Kevin sendiri juga pernah mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi ahli pertambangan.
"Setelah itu tercapai, saya akan melamar kamu," ungkap Grace Alodia mengutip perkataan Kevin kepadanya beberapa waktu lalu.
Penulis: Kontributor Malang, Yatimul Ainun