TRIBUNNEWS.COM,JOMBANG - Meskipun harga bahan bakar minyak (BBM) sudah diturunkan pemerintah per 1 Januari lalu, tapi itu tak berbanding lurus dengan harga kebutuhan pokok.
Buktinya, beberapa kebutuhan pokok seperti daging ayam, telur dan cabai justru mengalami kenaikan signifikan.
Kondisi ini berimbas pada konsumen dan pedagang. Konsumen terpaksa mengurangi jumlah pembelian dan omzet pedagang terus menurun lebih dari seratus persen.
Ini akibat konsumen mengurangi jumlah pembelian, demi penghematan.
Seperti di Pasar Legi Citra Niaga (PLCN) Kota Jombang. Di pasar tradisional terbesar di Jombang ini harga sejumlah kebutuhan pokok pasca penurunan harga BBM justru cenderung naik.
Harga cabai, daging ayam dan telur yang terutama mengalami kenaikan signifikan. Harga cabe rawit campuran (oplosan) yang sebelumnya Rp 60.000 naik menjadi Rp 70.000 per kilogram.
Untuk cabai rawit tanpa campuran, menyentuh harga Rp 80.000 per kilogramnya. Dan cabai merah besar, dijual Rp 40.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 30.000.
Kemudian harga daging ayam pedaging yang sebelumnya Rp 22.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp 30.000 per kilogram.
Telur ayam petelor yang sebelumnya Rp 17.000 per kilogram, naik menjadi Rp 19.500 per kilogram.
Aneka sayuran seperti wortel, yang sebelumnya Rp 7.000 per kilogram, merangkak naik menjadi Rp 11.000/kilogram.
Kemudian kubis, buncis, sawi putih, kentang dan lain-lain mengalami kenaikan 20 hingga 30 persen.
Tentu saja masih mahalnya harga beberapa kebutuhan pokok dan aneka sayuran ini memberatkan konsumen.
Untuk penghematan, mereka terpaksa mengurangi jumlah pembelian.
Akibat ini, rata-rata omzet penjualan pedagang pun ikut turun, bahkan hingga seratus persen lebih.
Baik konsumen maupun pedagang berharap pemerintah turun tangan menstabilkan harga berbagai kebutuhan pokok dan komoditas aneka sayuran.
Latifah, pedagang di PLCN mengatakan, sudah sejak dua pekan lalu harga cabai berangsur-angsur naik.
Penurunan harga bensin, kata Latifah, tidak serta merta berpengaruh kepada penurunan harga sembaki.
“Saat bensin naik, harga-harga kebutuhan pokok naik duluan. Tapi begitu harga bensin turun, harga sembako enggan turun. Bahkan ada yang justru naik. Ini membuat dagangan kami juga sepi pembeli, karena warga mengurangi pembelian,” keluhnya, Jumat (9/1/2015).
Setianingih, warga Desa/Kecamatan Jombang Kota mengaku, kini dirinya harus mengurangi volume pembelian. Secara nominal uang, kata Setianingsih, sebenarnya uang yang dibelanjakan tidak berkurang.
“Hanya saja, karena harga-harga naik, kami harus mengurangi barang yang kami beli. Ini agar kami tidak tekor. Seperti bahan dapur cabai dan telor harus saya kurangi jumlah belanjanya,” kata ibu satu anak ini.(sutono)