TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Serangan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) seolah tak terbendung.
Sepanjang tahun lalu, sebanyak 314 warga Jombang, Jawa Timur terkena serangan penyakit yang ditularkan nyamuk ‘aedes aegypti tersebut.
Dari jumlah itu, sebanyak 6 orang dinyatakan meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang, dr Heri Wibowo menyatakan, rentang tahun 2014, jumlah pasien DBD memang melonjak dratis. Rinciannya, Januari 2014 terdapat 38 warga yang terjangkit virus tersebut.
"Selanjutnya, Februari sebanyak 32 penderita, kemudian Maret sebanyak 34 pasien. Kalau ditotal selama 2014, pasien DBD sebanyak 314 orang," ujar Heri, Rabu (14/1/2015).
Kemudian, sejak Oktober 2014 hingga 12 Januari 2015, jumlah penderita DBD di Jombang sebanyak 196 kasus. Dengan rincian, sebanyak 38 kasus DBD terjadi pada Oktober 2014, kemudian 54 kasus pada November. Sedangkan Desember 74 kasus DBD.
"Data terbaru, Januari 2015, tepatnya hingga 12 Januari, kasus DBD tercatat 30 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia 1 balita. Tingginya jumlah DBD itu disebabkan faktor cuaca, yakni bersamaan musim hujan tiba," kata Heri.
Kendati terjadi lonjakan angka kasus DBD, namun Pemkab Jombang belum menetapkan status KLB (kejadian luar biasa). Sebab, menurut Heri, status KLB baru diberlakukan manakala lonjakan jumlah penderita secara signifikan tiga kali berturutan.
“Untuk menetapkan status KLB harus didasari kenaikan kasus yang cukup signifikan tiga kali berturut-turut. Kami akui jumlah kasus memang naik, tapi tidak signifikan, apalagi berturut-turut,” pungkas Heri.
Guna menanggulangi kian meluasnya serangan DBD, Dinkes melakukan serangkaian langkah. Diantaranya melakukan ‘fogging’ di sejumlah wilayah yang sudah terjadi kasus DBD. Seperti di Kecamatan Diwek, Peterongan, Mojowarno, dan Sumobito.
“Selain ‘fogging’, kami juga intensif melakukan sosialisasi 3 M. Yakni menguras, mengubur dan menimbun yang bertujuan untuk pemberantasan sarang nyamuk,” kata Heri.(Sutono)