TRIBUNNEWS.COM, TOMOHON - Berpulangnya Aztry Akai (21), mahasiswi Sekolah Tinggi Teologia (STT) Parakletos Tomohon, Rabu (4/2/2015) lalu telah menyisakan duka yang mendalam.
Terlebih setelah dibunuh secara sadis diduga dilakukan oleh AW alias Angga (27), warga Kelurahan Matani II, Kecamatan Tomohon Tengah yang tak lain adalah mantan pacarnya sendiri.
Peristiwa memilukan yang terjadi di gazebo depan Auditorium Bukit Inspirasi (ABI) masih meninggalkan keprihatinan sangat mendalam tak hanya bagi keluarga, tapi juga bagi civitas STT Parakletos.
Mereka tampak masih larut dalam suasana duka. Ibadah penghiburan masih terus digelar, bahkan tabur bunga peletakan krans di lokasi kejadian masih dilakukan, sebagai tanda berbelangsungkawa atas kepergian Yuyu, demikian Aztry akrap disapa.
Setelah Aztry meninggal akibat 10 luka tusukan yang disarangkan oleh Angga di bagian lehernya, suasana di STT Parakletos kini tampak berbeda.
Sebab, tak ada lagi sosok yang biasanya membunyikan lonceng sebagai pertanda waktu makan bagi seluruh mahasiswa seperti hari-hari biasanya.
‘"Biasanya di jam seperti ini, Aztry yang selalu membunyikan lonceng sebagai tanda waktu makan telah tiba. Tapi, setelah dia sudah tiada, kami merasa sangat kehilangan, sebab apa yang dilakukannya selama ini, sangat membantu kami disini, " tutur Inge Waworuntu, putri dari Kepala Asrama STT Parakletos.
Aztry selama menimba ilmu di STT Parakletos tak hanya membunyikan bel saja, tapi ia juga terlibat langsung dalam proses memasak semua makanan bergizi di asrama, bisa disebut menjadi bagian dari koki andal asrama.
"Sebelum meninggal, Aztry sempat membagikan makanan kepada seluruh mahasiswa yang ada lebih banyak dari biasanya. Itulah yang kami kenang juga, yakni sikapnya yang mau berbagi dan menolong sesama tanpa pamrih," jelas Kepala Asrama John Waworuntu.
Rasa kehilangan terhadap sosok Aztry juga sangat dirasakan oleh Tini. Maklum, setiap hari Tini selalu berada di dapur bersama Aztry untuk memasak semua masakan yang akan dimakan oleh seluruh civitas STT Parakletos.
"Dia memang sangat rajin membantu saya di dapur, seakan tak pernah lelah, meski di kampus harus belajar giat. Apapun yang saya kerjakan, pasti dia perhatikan dan ketika butuh pertolongan, ia tak segan-segan untuk segera menolong,’ ungkapnya.
Tini mengakui sangat merindukan hadirnya sosok Aztry, apalagi dalam waktu dekat tepatnya bulan Mei nanti, almarhumah akan segera diwisuda sebagai sarjana Teologia, sebab saat ini sementara menyusun proposal tugas akhir.
"Aztry juga dikenal cukup pemalu, tapi sangat aktif dalam kegiatan kerohanian, baik ibadah di kampus, asrama, maupun pelayanan saat ditugaskan di jemaat, " kata Tini.
Trivena Najoan, mahsiswi STT Parakletos lainnya sangat dekat dengan sosok Aztry. Sebab, hampir 7 semester menghabiskan waktu bersama untuk menimba ilmu.