News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Samilah, Tak Mampu Beli Beras Terpaksa Makan Nasi Aking

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Samilah saat memasak nasi aking dan memakannya. Beginiliah kehidupan yang sering dilakukan Samilah karena kemiskinannya.hanif manshuri.

TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN – Kemiskinan mendera seorang ibu, Samilah (80) yang hidup sebatang kara di Desa Karangwungu Kecamatan Karanggeneng ini bernar – benar

memprihatinkan.

Hari harinya untuk makan hanya menunggu belas kasihan tetangga dan warga setempat.

Yang lebih memprihatinkan adalah, tak jarang ia harus memasak nasi aking dari nasi yang tak habis dimakannya atau sengaja disisakan atas pemberian orang untuk makan sehari – hari.

Untuk membeli beras, Samilah jelas tidak mampu, selain tidak mempunyai uang, harga beras juga melonjak tinggi tak terjangkau olehnya.

Beras raskin yang diterimanya setiap dua bulan sekali dirasakan Samilah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Terkadang ia harus menjual sebagian berasnya kepada orang lain untuk membeli bumbu dapur dan kebutuhan lain.

Tentu dengan harga yang murah, karena beras yang dijualnya dari beras raskin yang secara umum kuwalitasnya dinilai minus, utamanya bagi orang – orang berpunya.
Samilah mampu bertahan hidup sampai sekarang hanya memutar beras raskin serta belas kasih pemberian orang.

“Bekerja juga tidak bisa, karena sudah tua. Makannya ya dari pemberian tetangga dan keponakan,”kata Samilah.

Samilah memang tidak dikarunia seorang anakpun hingga suaminya meninggalkannya untuk menghadap sang Kholiq.

Samilah menempati rumah terbuat dari dinding sesek dan tiang bambu dengan ukuran 4 meter x 7 meter. Hanya satu tempat tidur reot dan tikar yang kesehariannya untuk alas tidur seorang diri.

Sementara lampu yang menerangi dalam rumahnya juga atas belas kasih tetangga yang menyalurkan listriknya ke rumah Samilah.

Bagi Samilah mengkonsumsi nasi aking menjadi berkah tersendiri, kala beras habis.

Sementara untuk lauk pauk, seadanya.

Terkadang makan nasi aking dengan lauk kerupuk dan ikan asin kelotok. Kalaupun tidak punya ikan, ia harus mencampurnya dengan garam.

Yang penting nasi ada rasanya,”ungkap Samilah.

"Untuk menghilangkan bau nasi aking yang dimasak, Samilah sebelumnya membersihkan nasi aking dengan air bersih. Setelah bersih nasi aking langsung dimasak dengan tungku kayu.

Bahkan kalau ingin nasi akingnya berbahu sedap, Samilah menambahkan daun pandan saat menasak.

Samilah mengaku lebih sering memakan nasi aking dari pada nasi yang dimasaknya langsung dari beras.

Untungnya masih masih ada tetangga perduli membantunya. Meski Samilah ini sudah mendapat bantuan raskin dari pemerintah, bantuan tersebut dirasa kurang, sebab ia hanya menerima 7 kilogram dan itupun diterima dua bulan sekali.

Meski nasi aking menjadi selingan, jika diprosentase, Samilah sering memakan nasi aking, ketimbang nasi biasa.

Sopiyah (43), keponakan Samilah membenarkan pengakuan bibinya itu. Ia memang sering memakan nasi aking.

Penulis: Hanif Manshuri

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini