Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bakti Buwono
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Suparti (42) warga asal Gubug nekat membawa tiga anak balitanya saat turun ke jalan untuk mengemis di jalanan Kota Semarang.
Anaknya menangis ketika Suparti diangkut Satuan Polisi Pamong Praja Kota Semarang yang menggelar operasi PGOT (Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar), Selasa (17/3/2015).
"Alasannya karena ditinggal suami," ujar Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kota Semarang, Kusnandir, menirukan alasan Suparti mengajak tiga anaknya mengemis.
Kusnandir mengakui banyak anak-anak menangis setelah dirazia dari sejumlah ruas jalan utama Kota Semarang. Satpol PP Kota Semarang mengaku mencanangkan sejumlah jalan seperti Pandanaran, Pemuda dan Gajahmada bebas PGOT.
"Setelah razia di sana, kami juga menyusuri ruas jalan lain yaitu perempatan Siranda (Pahlawan), Jalan Pemuda, Imam Bonjol, dan pintu keluar Tol Krapyak," jelasnya kepada Tribun Jateng.
Dalam operasi kali ini Satpol PP Kota Semarang berhasil menjaring 10 PGOT, empat di antaranya dari Ambarawa dan kabupaten Semarang. Sedangkan enam orang sisanya anak-anak di bawah umur tujuh tahun, bahkan ada balita.
"Begitu kami tangkap langsung menangis keras banget, kasihan juga. Tapi kami tunggu sampai orangtuanya datang," ungkap pria berkumis itu.
Mereka yang terjaring razia akan dikirim ke panti rehabilitasi sosial Amongjiwo. Sedangkan anak-anak sudah diambil orangtuanya. Dalam hal ini Satpol PP Kota Semarang bakal membina orangtuanya.
Kusnandir berharap untuk kasus-kasus luar kota ada program mengembalikan PGOT ke tempat tinggalnya semula. Jadi tidak hanya mengandalkan panti rehabilitasi sosial.