TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Paket misterius berupa 7 peti dan 8 batu nisan serta beras dan air mineral ternyata berasal dari kerabat Supriyanto, warga Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
"Kiriman itu ternyata dari Mujiati, masih keluarga Suprianto. Ia kakak Suprianto. Tapi motifnya itu yang masih tidak tahu. Apa iseng?" tutur Eriyo, Kepala Dusun Sendangbiru.
Menurut dia, kalaupun iseng, terlalu mahal juga biayanya. Sebab, harga peti mati saja sudah jutaan rupiah tiap unitnya.
Eriyo berkisah, Mujiati ternyata kini bermukim di Malaysia dan sebelumnya tinggal di Dusun Sendangbiru.
Ketika menikah, ia meninggalkan desanya dan pindah ke kecamatan lain. Perempuyan itu sudah sekitar 4 tahun lebih meninggalkan Sendangbiru. Ia tak diketahui rimbanya.
Kini, tiba-tiba dia mengirimkan tujuh peti mati dan batu nisan itu untuk adik kandungnya.
"Nama-nama yang ditulis di batu nisan itu memang benar saudara Suprianto. Tapi masalahnya, mereka masih sehat-sehat dan masih muda," kata Eriyo.
Karena Suprianto tidak mau menerima semuanya, semua barang itu kini disimpan di kantor desa setempat.
Untuk beras, gula dan air mineral, rencananya jika tidak dipakai akan diberikan ke warga miskin.
Sedangkan peti-peti mati itu kalau ada yang mau memanfaatkan, ya bisa dipakai. "Tapi itu kalau ada yang mati, lho," seloroh kades.
Menurut Erito, memang sempat ada kekhawatiran hal itu dikaitkan dengan aliran-aliran radikal. Tapi setelah jelas pengirimnya, warga sedusun agak lega meski itu adalah hal yang tidak lumrah, bahkan tabu.
Jika dianggap bercanda, juga tidak lucu karena penerimanya justru pingsan. Suprianto sendiri, kata kades, pernah mendapat telepon dari orang yang tidak ia kenal.
Tapi jaraknya agak jauh dari waktu pengiriman tadi pagi. Namun tidak membahas soal pengiriman peti mati itu.