TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Tragedi serangan buaya kembali terjadi di Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Jasad Andry Lukman (5 tahun), korban serangan buaya pada Jumat (20/3/2015), baru berhasil ditemukan pada Kamis (26/3/2015) dinihari.
Jenazahnya yang tak lagi utuh ditemukan setelah warga membelah perut buaya yang ketujuh.
[BACA: Buaya Ketujuh Dibelah dan Potongan Jasad Andry pun Ditemukan]
Warga sengaja memburu buaya yang diduga menyerang agar dapat memakamkan Andry secara layak.
Paman korban, Suryatmojo, Kamis (26/3/2015), mengatakan serangan buaya di Desa KaranganSeberang, Kecamatan Karangan, belakangan sering terjadi.
Khususnya setelah masuknya perusahaan perkebunan sawit.
"Total, hingga saat ini di sekitar desa kami ada 2 orang anak dan 3 orang dewasa yang meninggal dunia karena serangan buaya. Adapun 5 orang masih selamat," katanya.
"Selama ada perusahaan perkebunan kelapa sawit tahun 2006, hampir setiap tahun ada korban keganasan buaya," katanya, seraya menyebutkan banyak ekosistem pesisir yang kini turut dibabat menjadi area kebun sawit.
"Saya kelahiran di Karangan Seberang. Waktu saya kecil, waktu belum ada perusahaan perkebunan, kita hampir setiap hari berenang di sungai. Sebelum tahun 2006 itu masih banyak warga yang mandi di sungai," katanya.
Ia meyakini, terbabatnya ekosistem buaya di sekitar Sungai Karangan-lah yang membuat buaya kian ganas, hingga mendekat ke permukiman, bahkan memangsa manusia.
"Kami ini juga sekolah. Kami tahu, didalam Amdal perusahaan seharusnya memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. Inilah yang terjadi, ketika perusahaan membabat ekosistem pesisir, warga sekitar yang menjadi korban," katanya.
Saat ini terdapat tiga perusahaan perkebunan sawit di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Karangan.
Yang membuat keluarga korban, yakni keluarga besar Karsiman, semakin kecewa, karena pihak perusahaan perkebunan sawit tidak pernah sama sekali membantu pencarian korban.
"Sampai korban ditemukan, mengucapkan bela sungkawa pun tidak ada," katanya.
"Kami keluarga besar Pak Karsiman, sangat kecewa kepada pemerintah apabila tidak memberikan sanksi terhadap perusahaan perkebunan yang sangat tidak bertanggung jawab," katanya.