News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Keganasan 'Monster Sangatta' Pemakan Manusia

Editor: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MONSTER SANGGATA - Dalam rangka pameran Sei Makaham di Bentara Budaya Jakarta, 7-16 November 2014, awetan buaya Monster Sangatta itu dibawa ke Jakarta. Usaha ini dilakukan atas kerja sama BBJ dengan Yayasan Total Indonesia dan para pemangku kepentingan di Kalimantan Timur. Tampak seorang ibu sedang mengganti sajen untuk sepang awetan buaya Monster Sanggatta yang dipamerkan, Jumat (7/11/2014) yang bertempat di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO

Setelah Bahtiar muncul ke permukaan, air di sekitarnya sudah bercampur darah dan Sahar sudah tidak ada.

Seorang bocah, Rijal, yang melihat dari dermaga mengatakan Sahar dilibas dengan ekor buaya sehingga terlempar.

Setelah itu buaya menyambar dengan mulutnya, lalu masuk dalam sungai.

Peristiwa ini hanya berlangsung beberapa detik. Tak lama kemudian, warga dan aparat langsung menyisir sungai.

Lewat tengah hari, mereka menemukan buaya tersebut di anak sungai. Sniper TNI AL lantas menembaknya 10 kali.

Setelah mati, buaya dibawa ke daratan dan dibelah untuk mengeluarkan jasad Sahar.

Selama di Takat, Tribun mendengar banyak warga yang mempercayai faktor mitos sebagai alasan buaya memangsa manusia.

Terutama tentang "kepuhunan", bersumpah sembarangan, juga pelanggaran terhadap beberapa pantangan.

Tentang mitos kepuhunan, Sahar dianggap warga mengalaminya. Ceritanya, ia sangat ingin makan pulut (ketan yang dimakan dengan kelapa--red).

Keluarga pun membuatkannya. Namun saat ia ingin makan ternyata sudah habis. Tak lama kemudian, ia turun ke sungai dan terjadilah peristiwa itu.

Ada lagi sumber yang menyatakan Sahar sempat sesumbar saat melihat pertandingan sepakbola antara Desa Susuk dan Sangkulirang beberapa pekan lalu.

Susuk biasanya selalu menang. Hingga Sahar menyatakan, rela dimakan buaya bila Susuk kalah.

Saat itu tanpa diduga Susuk kalah 5-0. Cerita sumpah semacam ini juga pernah terjadi di Desa Wono.

Warga juga bercerita tentang firasat. Semalam sebelum kejadian, Sahar tampak murung, padahal rekan-rekannya sedang berkumpul membakar ikan.

Tidak biasanya ia hanya bicara bila diajak bicara. Ia juga biasa bangun tidur di atas pukul 09.00.

Entah mengapa pagi itu ia bangun sekitar pukul 07.00.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini