Laporan Wartawan Tribun Jogja, Jihad Akbar
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Budi Riyanto menatap kosong jasad putranya, William Mackarelo Retian Putra (11), berlumur darah, terbaring di pinggir rel kereta api.
Ia duduk di tepi selokan sambil memegang kaki dan tangan William yang jasadnya ditutupi beberapa helai daun pisang.
(Baca juga: Bocah 11 Tahun Tewas Tersambar KA di Gamping)
Budi tak kuasa menahan agar air matanya tak jatuh.
William tewas mengenaskan setelah tersambar Kereta Api Logawa di Gamping, Sleman, Kamis (9/4/2015) sore.
Ia diperkirakan tak melihat datangnya kereta api saat sedang asyik mencari batu akik di sekitar rel bersama temannya.
Salah seorang warga, Topo (40), mengaku sudah melihat kedua bocah tersebut sejak sekitar pukul 14.30 WIB.
Kedua bocah tersebut menyusuri rel dari arah barat untuk mencari-cari batu.
Topo yang rumahnya hanya berjarak sekitar 50 meter dari tempat kejadian juga sempat mengingatkan kedua bocah tersebut untuk menjauh dari rel.
"Saya sempat bilang awas hati-hati ada kereta. Terus saya masuk rumah, tidak lama orang-orang sudah berlarian melihat anak tersebut tertabrak kereta," cerita Topo.
Ilustrasi : Tren Batu Akik
Sejak maraknya batu akik, saban sore hari banyak anak-anak yang mencari batu di sekitar rel, walaupun tentu saja mereka tidak menemukan apa-apa.
Kebanyakan mereka tak berasal dari kampung sekitar.
Dari keterangan yang dihimpun di lokasi, kecelakaan siang itu, William (11) warga Sidorejo Ngestiharjo Kasihan Bantul, sedang bermain dengan seorang temannya di pinggir rel.
Saat itu tiba-tiba dari arah timur melaju kereta Logawa jurusan Jember - Purwokerto.
Diduga karena tidak mendengar datangnya kereta api, korban kemudian tersambar kereta yang melintas di bagian kepala.
Jenazah korban yang tergeletak sempat menjadi tontonan warga.