Laporan Wartawan Surya, Sudarmawan
TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Pasangan Wahyudianto (43) dan Yatemi (37) menyaksikan sendiri konflik bersenjata di Yaman. Pengalaman keduanya mereka ceritakan di rumahnya di Jalan Cendrawasih, Kecamatan Manguharjo, Madiun, Jawa Timur.
Bersama empat putra putrinya, keluarga ini merasa mendapat mukjizat di tengah perang berkecamuk bisa kembali ke tanah kelahirannya di Gang Pinguin, Madiun. Kebetulan, keluarga Wahyudianto memang tinggal persis di zona perang di Yaman.
"Karena birrul walidaini (berbakti kepada orangtua) ini yang membuat kami selamat. Ya Allah, ini mukjizat," kenang Wahyudianto menceritakan kondisinya selamat dari zona perang saat ditemui wartawan di rumahnya, Jumat (10/04/2015).
Pria yang sudah bertahun-tahun belajar ke Yaman dengan membawa keluarganya itu baru saja tiba dan berhasil dievakuasi dari Yaman. Dia menuturkan hampir setiap hari suara peluru melayang di atas rumahnya.
Tidak hanya suara tembakan, tapi gempuran bom dan roket terus bersahutan di apartemen tempatnya tinggal. Apartemen yang didiami Wahyudianto dan keluarga hancur. Namun pemiliknya memiliki bungker di bawah apartemen untuk mengantisipasi perang.
"Dan benar. Kami hanya berdiam diri di dalam bungker. Setelah aman, kami alhamdulillah bisa pulang. Padahal kami hanya membawa uang Rp 1 juta," kenang Wahyduianto yang berkali-kali bersujud syukur.
Dia bersama keluarga sengaja belajar tentang ahlussunnah waljamaah di Yaman. Dua dari empat anaknya lahir di Yaman. Atas upaya Kedutaan Indonesia di Yaman, keluarga Wahyu berhasil dievakuasi.
"Kami minta kedutaan di Yaman mengembalikan 300 kitab saya. Tampaknya saya tak akan kembali lagi ke Yaman. Benar-benar tak aman dan membuat semua keluarga ketakutan," tambahnya.
Menurut informasi yang Wahyu peroleh bahwa peperangan itu karena ada aliran tertentu yang hendak mendirikan negara sendiri di Yaman. Akibatnya, sejumlah aliran Islam di negara Yaman terancam.