TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Setiap 21 April, bangsa Indonesia merayakan Hari Kartini. Sosok perempuan pejuang yang pada zamannya gigih memperjuangkan emansipasi perempuan.
Agar kaum perempuan dapat sejajar dengan kalangan pria, di semua pekerjaan dan profesi.
Perjuangan Raden Ajeng Kartini memang membuahkan hasil, sehingga melahirkan Kartini-Kartini baru.
Salah seorang Kartini baru itu adalah Rita Widyasari yang menjadi Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) sejak 2010 lalu.
Ya, Rita memang layak disebut Kartini modern. Statusnya sebagai seorang istri dan ibu dari 3 anak (Dhafin, dan si kembar Khalda & Khansa), tidak menjadi kendala berperan sebagai wanita karir di bidang politik.
Disamping itu, Rita Widyasari juga dikenal sangat menyukai olahraga. Keberadaan kesebelasan Mitra Kukar tak terlepas dari kecintaannya pada sepakbola.
Selain itu, Rita Widyasari secara langsung juga aktif di cricket, olahraga yang sangat dikenal di negara-negara Persemakmuran (Inggris, Malaysia, India, Pakistan, misalnya), yang di Indonesia mirip olahraga kasti.
Rita Widyasari menjadi bendahara di PB Persatuan Cricket Indonesia (PCI) 2015-2019 yang dipimpin oleh Ketua Komisi III DPR RI, Aziz Syamsuddin, yang sudah dikenalnya sejak berkecimpung di KNPI.
"Cricket sebenarnya sudah dikenal lama dan berkembang secara luas. Sekarang cricket adalah olahraga dengan penonton terbanyak kedua di dunia, setelah sepakbola. Cricket juga sudah dimainkan di multi-event Asian Games, dan mungkin di Olimpiade mendatang," ungkap Rita Widyasari.
SUKSES
Bermula sebagai Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kukar, langkah Rita Widyasari menerjuni politik semakin mantap begitu menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kukar.
Darah politik diwariskan sang ayah, H Syaukani HR yang juga pernah menjadi Ketua DPD Partai Golkar Kalimantan Timur (Kaltim) sekaligus Bupati Kukar selama dua periode, memang kentara.
Dibuktikan dengan terpilihnya Rita menjadi Ketua DPRD Kukar periode 2009-2014, setelah meraih suara terbanyak di Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2009. Bahkan belum genap setahun duduk di legislatif, Rita terpilih sebagai Bupati Kukar periode 2010-2015.
Nah, begitu menjadi orang nomor 1 di Pemkab Kukar, langkah istri dari Endri Elfran Syafril atau akrab disapa Ayah Benz itu, semakin mantap sekaligus berat.
Karena selama ini Kukar termasuk sering disorot secara nasional, karena sejumlah pejabatnya tersandung kasus dugaan tindak pidana korupsi.
Kenyatannya, ibu dari seorang anak laki-laki bernama Dafin serta perempuan kembar disapa Kelly-Kenny tersebut, justru mampu membawa Kukar meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada 2013, atas Pelaporan Keuangan Pemkab Kukar Tahun 2012.
Hal itu bukan pekerjaan gampang. Mengingat selama 6 tahun berturut-turut, BPK RI hanya memberikan opini disclaimer atau tak ada pendapat kepada pelaporan keuangan yang diserahkan Pemkab Kukar.
Sukses meraih WTP dari BPK RI kembali bisa diraih Pemkab Kukar di 2014, untuk Pelaporan Keuangan 2014.
Nama Rita semakin harum, karena mampu mewujudkan berbagai program yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat Kukar.
Salah satu kebijakan Rita melalui Program Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera (Gerbang Raja) adalah bedah rumah yang telah menjangkau ribuan warga Kukar tak mampu.
Tidak itu saja, Rita juga berusaha menarik perhatian dunia dengan menggelar Festival Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF) 2014.
Dalam pembukaan Erau 2014 di Stadion Rondong Demang, Tenggarong, ribuan penonton “dibius” oleh tarian ditampilkan 11 negara anggota International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Art (CIOFF). tb