Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program keluarga berencana secara alami yang diikuti kebanyakan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) gagal. Demikian ujar Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sudibyo Alimoeso.
"NTT menjadi salah satu provinsi yang angka kelahiran anak pada pasangan usia subur jumlahnya di atas angka nasional yakni empat orang per keluarga," kata Sudibyo di sela seminar 'Bonus Demografi Antara Anugrah dan Musibah, Kita Semua Harus Tahu,' Jakarta, Senin (27/4/2015).
Menurut dia, untuk kasus NTT unik karena masyarakatnya ingin program KB alami ketimbang modern. Tapi upaya itu mengalami kegagalan.
Saat ini, sambung Sudibyo, angka kelahiran orangtua yang masih remaja tergolong tinggi. "Upaya peningkatan usia perkawinan juga tidak memberikan manfaat karena di wilayah pelosok belum menikah sudah hamil," tuturnya.
Kondisi berbeda terjadi di Papua. Pemerintah daerah meminta penduduk asli agar punya anak. "Punya anak sebanyak-banyaknya perlu agar jangan jadi minoritas," katanya.
Sementara di Maluku, program KB sulit dilakukan, khususnya alat kontrasepsi jangka panjang maupun metode suntik. Sehingga dropout tinggi bahkan setahun bisa 40 persen.
Dalam konteks bonus demografi, provinsi-provinsi tersebut dikhawatirkan tidak memperoleh bonus demografi.