Laporan Wartawan Tribunnews Batam, Anne Maria
TRIBUNNEWSBATAM.COM, BATAM - Belum lama ini, Kota Batam dihebohkan dengan kasus perdagangan perempuan yang melibatkan 21 korban trafficking asal Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Kini, Batam kembali diberitakan menjadi tempat transit para korban trafficking sebelum diberangkatkan ke negara luar.
Oleh karenanya, Gerakan Anti Trafficking (GAT) Batam tidak terlalu terkejut dengan informasi tersebut. Lokasi Batam yang sangat strategis dan bertetangga dengan sejumlah negara serumpun pun, ditengarai menjadi gerbang yang tepat untuk oknum-oknum tertentu yang sengaja menyelundupkan calon tenaga kerja ilegal dari berbagai daerah.
Para korban yang umumnya datang dari daerah-daerah jauh, biasanya tergiur ikut ke Batam dengan janji-janji pekerjaan yang bergaji besar.
Padahal, kebanyakan korban merupakan tenaga kerja yang belum terlatih. Tak sedikit juga yang dari mereka adalah anak berusia kurang dari 17 tahun.
"Modusnya selalu serupa, kalau yang buruh migran biasanya dijanjikan pekerjaan yang bergaji tinggi. Mereka juga dijanjikan pengurusan dokumen yang mudah, jadi tinggal berangkat saja," ucap Syamsul Rumangkang, Direktur Eksekutif GAT kepada Tribun.
Tak heran dari korban-korban tersebut memiliki identitas yang keasliannya sangat dipertanyakan. Sebab, rata-rata mereka memang sengaja dipalsukan dokumen identitas dirinya.
"Anak-anak di bawah umur dibuatkan pasport dengan usia dewasa, agar bisa dikirim ke luar negeri," ujarnya.(*)