TRIBUNNEWS.COM, SIGLI - Jam menunjukkan pukul 08.00 WIB. Tiba-tiba rentetan suara tembakan pecah Perbukitan Gampong Geuni, Tangse, Pidie, Aceh, Selasa (26/5/2015). Dari kejauhan, personel polisi dan TNI menenteng senjata organik, mengepung salah satu gubuk kelompok Din Minimi.
Dua jam sebelum rentetan itu pecah, polisi dan TNI sudah mencium persembunyian kelompok yang telah membunuh dua personel TNI beberapa waktu lalu. Personel gabungan tersebut mencoba melakukan perlawan terhadap belasan kelompok Din Minimi.
Dari lokasi gubuk yang berada di lereng, terhalang pepohonan, beberapa jam sebelum kontak senjata pecah, seorang pria berdiri sambil menenteng senjata api laras panjang. Saat itu personel gabungan menyalakkan senjata mereka ke arah gubuk.
Sejurus kemudian, sejumlah pria yang sedang tidur di gubuk lompat dan melarikan diri sambil melepaskan tembakan ke arah polisi dan TNI yang menyerbu dari belakang. Masyarakat yang hendak pergi ke kebun pagi itu kaget bukan kepalang. Mereka buru-buru balik ke rumah.
Hingga Selasa sore, personel TNI dan Polri terus mengengejar dan menyisir kelompok Din Minimi. Mereka diduga menghilang dan masuk ke dalam hutan Tangse. Dari dalam gubuk, petugas menemukan senjata api SS1 V3, AK-47, granat pelontar, ribuan amunisi aktif, bercak darah, dan identitas atas nama Nurdin Ismail.
Kapolres Pidie AKBP Muhajir SIK MH yang dihubungi Serambi, Selasa (26/5/2015) membenarkan kontak tembak antara polisi dibantu TNI dengan kelompok Din Minimi di perbukitan Geuni, Kecamatan Tangse, lewat pesan singkat.
Lokasi kontak tembak berjarak sekitar 30 meter dari pinggir jalan Tangse-Geumpang atau sekitar 30 kilometer dengan Sigli, ibu kota Pidie. Lokasi tersebut merupakan kawasan kebun warga. Petugas harus menyeberangi satu jembatan gantung sepanjang 27 meter di atas Sungai Geuni untuk ke lokasi. (Serambi Indonesia)