TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Perkembangan wayang potehi yang pesat dalam 10 tahun terakhir di tanah air tak lepas dari peran Toni Harsono.
Pengusaha emas yang tinggal di kawasan Gudo, Jombang, ini tak henti-hentinya memopulerkan wayang khas Tionghoa ke seluruh tanah air.
Belum lama ini, Toni Harsono menggelar pertunjukan di Jepang.
Menurut Toni, sejarah paguyuban Hok Ho An, dibentuk oleh almarhum kakek saya, Tok Su Kwie, setelah tiba di tanah Jawa. Paguyuban ini merangkul semua sehu yang sama-sama baru datang ke tanah air.
Perkumpulan ini kemudian surut dan tidak aktif lagi setelah kakek saya meninggal.
"Nah, setelah reformasi, saya mencoba menghidupkan lagi Hok Ho An. Mudah-mudahan paguyuban ini bisa bertahan lama. Makanya saya merangkul teman-teman dalang dari Jombang, Kediri, Tulungagung, Tuban, Surabaya, Semarang, dan beberapa kota lain. Semuanya sepakat untuk bekerja sama menghidupkan seni wayang potehi," ujarnya saat ditemui di klenteng Hong San Kion, Gudo Jombang disela-sela mengikuti acara Bedug Asyiik, Sabtu (27/6/2015).
Selama ini Toni dan rekan-rekannya sering endapat tawaran mentas di berbaga kota.
Tempat-tempat yang rutin mengundang pertunjukan wayang potehi menurut Toni, Kelenteng Teluk Gong Jakarta.Semua boneka potehi hasil karya Toni.
"Biasanya, kalau ada teman atau kerabat yang kebetulan pergi ke Tiongkok saya sering titip dibelikan boneka potehi. Ini penting agar kita tidak terlalu ketinggalan zaman. Karena penasaran, akhirnya saya berkunjung langsung ke Tiongkok pada tanggal 21 Mei 2010. Syukurlah, saya bisa melihat langsung kelenteng-kelenteng tua dengan ukiran yang sangat rumit dan indah. Kalau disini saya punya tukang sebanyak tiga orang, yang aktif dua. Saya yang mendesain dan mereka yang mengerjakannnya," imbuh pria tambun yang gemar motor tua CB ini.
Menurut Toni, Gudo di Jombang itu dekat dengan pusat Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Budaya peranakan Tionghoa di Gudo mampu bertahan sampai sekarang, menunjukkan kemampuan berbaur peranakan Tionghoa dan sikap toleransi masyarakat sekitarnya yang tumbuh kuat
"Di sini kan ada pabrik gula dulunya, makanya ada warga pendatang dari Tiongkok ke Jawa itu jauh sebelum Kerajaan Majapahit terbentuk abad XII-XIV. Pada masa Majapahit, masyarakat Hindu-Buddha menjadi dominan. Namun, sekarang terkikis dan beralih sebagai masyarakat Islam," ujar Toni.
Gudo terletak 13 kilometer arah barat Jombang. Seni wayang potehi di Gudo sering dipentaskan di Kelenteng Hong San Kiong di pertigaan jalan ke arah selatan menuju Kediri dan ke utara menuju Jombang.
Kehidupan sebagai dalang wayang Potehi memang tidak mudah. Sebagai generasi ketiga, Toni Harsono memang tidak mengikuti jejak kakek dan ayahnya sebagai dalang.
Toni lebih memilih menjadi Maecenas seni pertunjukan Potehi.
Ya, Toni Harsono yang memiliki nama China Tok Hok Lay akhirnya memang memutuskan tidak menjadi dalang wayang Potehi atau biasa disebut Sehu.
Kehidupan Sehu yang dijalani sang kakek Tok Su Kwie dan ayahnya Tok Hong Kie yang syarat keprihatinan ditinggalkannya.
Toni memutuskan untuk berbisnis dan kini sukses menjadi Maecenas yakni penyokong utama secara finansial atas keberlangsungan dinamika wayang Potehi.
"Jadi, boneka wayang Potehi yang kami mainkan itu asli seperti tokohnya, bukan asal bentuk boneka. Ini adalah salah satu upaya melestarikan Potehi yang hampir punah sejak dibawa para imigran Tionghoa ke wilayah Pulau," jelasnya.