TRIBUNNEWS.COM.SOLO – Jalan di Kota Solo terlihat begitu lengang, Jumat (17/7/2015) pagi. Mayoritas warga saat itu sedang melaksanakan ibadah Salat Idul Fitri di kampungnya masing-masing.
Ketika jalan begitu lengang, suara sirine perlintasan kereta api di palang pintu Pasar Nongko begitu nyaring terdengar. Seorang petugas yang berada di pos perlintasan kereta api pun menutup perlintasan pertanda kerera akan segera lewat.
Petugas penjaga yang diketahui bernama Adi Sulistyawan ini keluar dari posnya kemudian melambaikan tangan ke arah masinis yang berada di lokomotif kereta. Usai melaksanakan tugasnya, Adi kemudian kembali masuk ke dalam posnya.
Di saat hampir seluruh umat Muslim di Indonesia rela melakukan perjalanan jauh untuk mudik dan berkumpul bersama keluarga di kampung halamannya saat Lebaran, namun Ari masih harus mengemban kewajibannya dan tidak dapat berkumpul bersama keluarga. Dia mengemban amanat untuk memastikan kereta yang akan lewat maupun kendaraan yang melintas aman saat melaju di perlintasan.
“Ini shift pagi dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Ya, ini tanggung jawab saya atas pekerjaan saya, dan keluarga sudah mengerti, meskipun memang saat Lebaran ini belum bisa berkumpul bersama keluarga” ujarnya, Jumat (17/7).
Adi menambahkan untuk mengobati rasa sedih tidak bisa merayakan Lebaran bersama keluarga, dia biasanya bawa lontong dan opor ayam yang dibuatkan istrinya saat berdinas. “Istri sudah capek-capek memasakan jadi ya wajib dibawa dan disantap di sela-sela tugas,” sambungnya.
Hal yang sama juga dialami petugas penjaga perlintasan kereta api di Manahan, Teguh Santoso (29) yang harus memundurkan jadwal mudiknya ke kampung halaman di Sragen. “Hari H dan H+1 masih tugas. Mudiknya setelah tugas selesai langsung balik ke Sragen,” paparnya di pos jaganya.