TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Indonesia yang memiliki puluhan ribu pulau dari ujung timur hingga barat ternyata punya banyak bahan masakan yang orang Indonesia sendiri belum tentu mengetahuinya.
Gara-gara bahan makanan yang langka ini pula, Marissa Navratilova sempat dibikin malu saat berdebat dengan chef asal Amerika.
Waktu itu, perempuan yang dikenal dengan sapaan Chef Rissa ini tengah menikmati menu yang disajikan chef tersebut di sebuah rumah makan di Bali.
Ketika chef bule itu menyatakan yang disajikan adalah tanaman buah asal Indonesia, Rissa kontan protes.
“Tapi, saat dia bilang namanya mamey sapote dan meyakinkan itu dari Indonesia, saya jadi malu. Kenapa bahan asal negeri sendiri justru lebih dikenal oleh orang luar,” ucap finalis MasterChef (RCTI) session 3 ini.
Kejadian itu kian menegaskan tekad Rissa untuk memanfaatkan bahan-bahan lokal di setiap menu makanan hasil racikannya.
Perempuan asal Jakarta ini pun ingin agar orang Indonesia bangga pada makanan-makanan lokal.
“Jangan baru bangga dan ribut ketika makanan itu diklaim orang luar (negeri),” tandas Rissa yang lulusan D3 Sekretaris Asekma Don Bosco, Jakarta.
Mengenai ketrampilannya meracik bahan masakan, bungsu dari dua bersaudara ini mengaku sudah biasa masak sejak kelas 5 SD.
“Saya sering ditinggal mama pergi, dan hanya ditinggali uang untuk jajan. Biasanya uang itu sudah habis duluan. Dari uang yang masih tersisa saya lalu belikan sayur untuk kemudian ditumis,” ungkapnya.
Tumis sayur putih dan telor itu adalah makanan yang pertama dia kuasai di masa kecil. Hingga kini Rissa lebih suka masak sayur-sayuran yang dikombinasi dengan aneka seafood.
Kebiasaan masak di masa kecil ini diakui Rissa ternyata tak bisa dihentikan. Bahkan di saat sedang galau, pelariannya adalah dengan memasak. “Masak buat saya adalah hiburan,” cetusnya.
Karena kemampuannya memasak diperoleh secara otodidak itu pula, perempuan kelahiran 8 Juli 1986 ini lebih suka disebut tukang masak daripada label ‘chef’.
“Saya menikmati proses memasak. Saya menikmati panas-panas di dapur,” paparnya.
Ditambahkan Rissa, dia juga selalu menghargai sekecil apa pun niat orang menyajikan makanan.
“Masalahnya bukan pada nilai (harga) masakan, tapi lebih pada proses memasak yang dilakukan dengan sepenuh hati. Walau itu hanya tempe sekali pun,” urainya.