TRIBUNNEWS.COM.BANDUNG - Hukuman push-up bagi pengendara motor melawan arus lalu lintas yang diberikan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, menjadi perbincangan di dunia maya. Ada yang bernada positif, yang mengecam pun banyak.
Menanggapi hal tersebut, pria yang biasa disapa Emil ini mengatakan, push-up itu merupakan hukuman sosial.
"Kalau hukuman sosial hanya untuk shock therapy. Hukuman sosial tidak ada aturannya. Dan dianya (pelanggar) juga tidak ada masalah. Kecuali kalau dia protes diperlakukan seperti itu," ungkap Emil usai halalbihalal di Gedung Sate, Bandung, Kamis (23/7/2015).
Emil kemudian menjelaskan substansi dari pemberian hukuman tersebut. Yang pertama, kasus ini memperlihatkan kebiasaan seseorang melanggar lalu lintas. Kedua, pelanggar merupakan orang berpendidikan.
"Masalah dihukum itu spontanitas aja. Mengapa harus dipublikasikan? Buktinya jadi rame, orang jadi tahu. Hal yang sering dianggap biasa saja ternyaata jadi buah perdebatan. Bagi saya itu lebih penting," ungkapnya.
Emil menceritakan, saat kejadian, ia tengah mengayuh sepedanya di sebelah kiri jalan. Waktu itu jalan dari dua arah di Cikudapateh tersebut kosong. Lalu ia melihat ada pemotor yang melawan arus.
"Jalannya kosong. Kiri kanan kosong. Tapi dia ambil jalan pintas," tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Emil kemudian menghukum pengendara sepeda motor itu dengan 25 kali push-up. Ia kemudian mengunggah kejadian itu di akun Facebook-nya.
(Kontributor Bandung, Reni Susanti)