Laporan Wartawan Surya, Mujib Anwar
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan menampung korban perdagangan manusia untuk bersekolah di sekolah menengah kejuruan (SMK).
Gubernur Jatim, Soekarwo, menuturkan sekian program yang diusungnya adalah pemberdayaan perempuan dan penanganan korban perdagangan manusia
Untuk menangani korban perdagangan manusia, Pemrpov Jatim telah mendirikan dan mengembangkan SMK mini yang bekerjasama dengan Jerman.
Di SMK mini, anak yang menjadi korban perdagangan manusia akan mendapat pelatihan keterampilan selama enam bulan dan mendapat sertifikasi internasional.
Sehingga lulusan SMK mini siap bekerja di dunia industri, seperti teknologi rekayasa, agrobisnis, perikanan, kehutanan, seni rupa dan pariwasata. Bidang tersebut sesuai kondisi lapangan, di mana banyak industri membutuhkan tenaga kerja demikian.
"Dengan begitu, masa depan mereka yang menjadi korban trafficking lebih cerah," terang Soekarwo, Jumat (7/8/2015).
Pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini menambahkan, sampai saat ini sebanyak 70 SMK Mini sudah dikembangkan di Jatim. Sebagian besar bekerjasama dengan pondok pesantren.
Ke depan, pihaknya menargetkan sebanyak 400 SMK mini dengan tingkat 80 ribu lulusan hingga akhir 2017. Semua anggaran berasal dari APBD provinsi. Pendirian SMK mini ini untuk mengalihkan dan memperbanyak tenaga informal menjadi formal.
SMK mini juga bisa menjadi perangkat untuk mencegah munculnya korban perdagangan manusia lagi, karena lulusannya punya sertifikat untuk bekerja keluar negeri secara resmi.