TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Massa aksi di depan kantor KPU Surabaya mengirim delegasi untuk menemui pimpinan KPU Surabaya, Selasa (11/8/2015). Mereka memberi memberi cenderamata berupa obat kuat kepada pimpinan KPU Surabaya.
Korlap aksi, Afrizaldi, mengatakan bahwa obat kuat yang diberikan kepada pimpinan KPU dimaksudkan agar KPU menjadi lebih kuat, tegas, dan tidak "loyo"dalam mengambil keputusan.
"KPU harus kuat dari tekanan partai yang sedang melakukan aksi 'begal politik'," katanya.
Dalam mengawal Pilwali Surabaya, KPU dinilai tidak bertindak tegas, khususnya dalam mengambil kebijakan perpanjangan masa pendaftaran pasangan calon walikota dan wakil walikota Surabaya.
"Saat sudah tidak ada lagi yang mendaftar, harusnya KPU menetapkan satu-satunya pasangan yang mendaftar sebagai kontestan pilwali, bukan membuka pendaftaran lagi," ujarnya.
Selain memberi cenderamata berupa obat kuat, massa pendemo dari berbagai elemen di Surabaya itu juga membawa dua ekor sapi berwarna merah dan hitam untuk didaftarkan sebagai pasangan penantang Risma-Wisnu.
Dua ekor sapi itu merupakan bentuk sindiran warga kota Surabaya kepada partai-partai yang tidak berani mengusung pasangan calon pada pilwali Surabaya. Langkah politik yang diambil koalisi Majapahit dalam hal tidak mengusung pasangan calon dalam pilwali Surabaya ini dinilainya sebagai kegagalan sistem demokrasi di Surabaya.
"Ada unsur kesengajaan yang sengaja dilakukan untuk menggagalkan pilwali di Surabaya," tuturnya.
Penulis: Kontributor Surabaya, Achmad Faizal